Ditipu, pasti Anda pernah. Kalau menipu?

Sejak kapan umumnya orang belajar menipu, untuk menjawabnya seolah ilmiah itu mudah.

▒ Lama baca < 1 menit

Melihat video ini maka saya pun berpikir sesuatu. Banyak alasan mengapa seseorang menipu, dari berbohong ringan, mengecoh untuk melucu, sampai berdusta berat. Psikolog dapat menjelaskan.

Maka saya iseng menanya Grok dalam bahasa Indonesia: “Sejak umur berapa manusia mengenal cara untuk menipu manusia lain?”

Grok menjawab dengan cepat, kurang dari dua detik langsung tertulis:

“Tidak ada usia pasti kapan manusia mulai belajar menipu, karena perilaku ini terkait dengan perkembangan kognitif dan sosial yang bervariasi antar individu. Namun, penelitian psikologi menunjukkan bahwa kemampuan untuk menipu mulai muncul sekitar usia 3-4 tahun, saat anak-anak mengembangkan ‘theory of mind’ — kemampuan untuk memahami bahwa orang lain memiliki pikiran dan keyakinan yang berbeda. Pada usia ini, anak-anak mulai bisa berbohong sederhana, seperti menyembunyikan kebenaran untuk menghindari hukuman atau mendapatkan keuntungan kecil.

“Seiring bertambahnya usia, sekitar 7-8 tahun, kebohongan bisa menjadi lebih kompleks karena anak-anak lebih memahami perspektif orang lain dan konsekuensi sosial. Namun, kemampuan ini juga dipengaruhi oleh lingkungan, pendidikan, dan contoh perilaku dari orang dewasa. Jadi, meskipun benih kemampuan menipu muncul di usia dini, tingkat kecanggihan dan motifnya berkembang sepanjang hidup tergantung pada faktor individu dan budaya.”

Saya tak membandingkan isi jawaban panjang itu dengan hasil layanan lain. Saya lebih terkesan kemampuan akal imitasi (AI) dalam menulis. Hal ini dapat membantu kita untuk belajar menulis yang genah.

Kalau saya asal main tempel jawaban Grok, mungkin Anda mengira saya menulis dengan bahasa formal karena bahasa blog ini pun cenderung sok tertata.

Artinya, kalau saya tak menyatakan jawaban oleh mesin, saya telah menipu untuk kesekian ribu kalinya dalam aneka rupa urusan. Jumlah tipuan yang saya terima saja saya lupa apalagi saya yang saya lakukan. Butuh AI lagi dengan umpan gaya sekian tulisan saya untuk memastikan apakah tulisan saya, yang ternyata dari Grok, itu autentik.

Hmmm… tipu menipu. Memang sih permainan dalam silogisme hingga kini masih berlaku. Misalnya saya mengatakan, “Saya selalu menipu sehingga tak seorang pun memercayai saya. Kali ini saya juga menipu.”

Maka, apakah perkataan saya dapat Anda percaya? Saya belum menanya AI si akal imitasi maupun Atika Inayah bahkan Agustinus Indarto atau siapalah.

Lalu lelucon sekarang adalah kalau semua hal dari sisi kebahasaan dapat diberikan oleh AI, apakah akan ada titik akhir ketika AI kehabisan bahan galian karena semua paparan yang mereka rangkum adalah hasil AI?

6 Comments

Junianto Minggu 21 September 2025 ~ 13.43 Reply

Menipu, tentu saya pernah : menipu eh ngapusi istri.😁

Rudy Minggu 21 September 2025 ~ 09.19 Reply

Soal tipu menipu ini, saya jadi ingat kawan kita yang menyebar berita soal duit meteran itu.

Pemilik Blog Minggu 21 September 2025 ~ 11.35 Reply

Ingat permainan benthik? Eh apa ya bahasa Indonesianya.
Batang sejengkal kalo dipakai menghitung jarak juga bisa sampai seratus meter, padahal batangnya hanya satu. 😅

Junianto Minggu 21 September 2025 ~ 13.42 Reply

Siapakah kawan itu? Bukan Ndoro Kakung, to?😁

#kepo

Tinggalkan Balasan