Sejentik catatan dari dunia suntik menyuntik

Dokumen visual berharga dari dunia medis Indonesia adalah dari vaksinasi saat pandemi.

▒ Lama baca 2 menit

Apakah Anda termasuk orang dewasa yang takut disuntik? - Kompas — Blogombal.com

Foto karya Bahana Patria Gupta di Kompas kemarin (Selasa, 16/9/2025) tidak istimewa. Saya tak tahu apakah sejak awal ekspresi bocah ini tenang atau sebelumnya dia ketakutan, lalu setelah perasaan itu reda maka jarum suntik menusuk lengannya.

Saya berpengandaian, di layanan kesehatan mana pun ada saja ibu yang dengan ponselnya menghasilkan jepretan bagus, bukan video, tentang anaknya yang sedang disuntik.

Walakin demikian foto berita tunggal ini aktual dari sisi kedekatan waktu pemotretan dan publikaslinya (timeliness), karena dalam perspektif media cetak selisih sehari itu cepat, serta konteks peristiwa karena campak sedang menjadi isu kesehatan. Kapsi foto menyatakan:

Seorang anak mendapatkan vaksinasi campak pada Pekan Imunisasi Serentak di Posyandu Garuda, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/9/2025). Pekan Imunisasi Serentak berlangsung pada 15-30 September 2025. Imunisasi bertujuan untuk melindungi anak dari penyakit berbahaya yang bisa dicegah dengan pemberian vaksin, salah satunya campak.

Saya tak hendak membahas campak melainkan suntik menyuntik. Jika saya ringkas, inilah hal yang tadi mengisi lamunan saya:

  • Bagi sebagian anak, disuntik itu menakutkan karena sakit
  • Padahal banyak dokter dan paramedis yang bisa menyuntik tanpa menimbulkan sakit karena selain teknik menusukkan jarum juga pendekatan psikologis terhadap anak
  • Tidak sedikit orang dewasa yang takut disuntik karena dibekap persepsi sejak bocah tentang derita saat diinjeksi
  • Sampai lima tahun lalu saya masih mendengar orang dewasa menakut-nakuti anak kecil dengan pengingat kalau tak menurut nanti dokter akan menyuntiknya

Lalu? Dokumen visual tentang suntik menyuntik yang paling sip adalah pada masa pandemi Covid-19. Ada saja foto dan video pria dewasa ketakutan, bahkan meronta-ronta sampai menahan tangis, ketika akan divaksinasi. Foto dan video itu dihasilkan oleh warga dan dicomot oleh organisasi berita, kadang tanpa atribusi karena asal muasal konten kurang jelas.

Di antara pria ketakutan itu ada yang polisi, serdadu, dan satpamwan, tiga profesi yang dalam yang dalam persepsi awam harus berani disuntik. Bagi saya persepsi itu bisa mléngsé karena di luar urusan suntik, mereka adalah orang tangguh, berani berkelahi, bisa melakukan kekerasan fisik setidaknya untuk membela diri.

Artinya dalam pengandaian saya pria tegap gempal gahar anggota ormas ganas pun bisa takut disuntik. Padahal dalam urusan mengancam orang dan membuktikannya mereka ringan melakukannya karena sudah menjadi naluri.

Mengapa bisa demikian, psikolog saja yang menjelaskan. Dulu banget saya pernah menonton film laga Hong Kong, tetapi saya lupa judulnya, seorang gangster bengis ketakutan dan menangis saat diancam akan disuruh makan sayur oleh ibunya. Namanya juga komedi. Dari sebuah film Hollywood yang saya juga lupa judulnya, ada adegan pria tukang pukul sangar menangis karena interogator mengatakan ibunya akan datang membawakan brokoli.

Di korps tertentu dalam lingkungan TNI saat vaksinasi sampai diadakan konseling untuk mengatasi rasa takut disuntik (¬ lihat YouTube Kompas TV). Bahkan Puspen Mabes TNI sampai menayangkan kampanye jangan takut jarum suntik dengan video rekaan. Saya tak tahu di seluruh dunia ada berapa angkatan bersenjata yang membuat video macam itu. Saya juga tak tahu apakah dalam uji kesamaptaan seleksi tentara, polisi, satpol PP, dan satpam ada poin keberanian untuk disuntik.

Trauma kejiwaan masa kecil bisa mendekam dalam diri seseorang hingga dewasa. Seorang pria dewasa yang menjalani masa muda berantakan bersyukur takut disuntik karena hal itu membuat dirinya tak ingin mencicipi narkoba suntik, paling hanya menikmati rumput nirwana. Dia tak punya tato, setelah dewasa ada tato laser pun dia takut.

Prabowo takut disuntik - Metro TV — Blogombal.com

Saya tak takut disuntik tetapi sejak dulu membayangkan menato maupun ditato itu sakit, dan saya takut infeksi karena teman SMP ada yang sampai demam seharian. Lebih dari itu saya pembosan, karena dahulu tato tak mudah dihapus, opsinya hanya menambah dekorasi. Selain itu kulit saya gelap, kurang kontras untuk tato. Dahulu ketika remaja saya membayangkan tato naga setelah saya menjadi kakek renta akan menjadi cacing.

@myly_nias Pak Prabowo ajah takut suntik apalagi aku 😭🤣 #core #mylynias #lyodra #lyodramalumalutapinyaman ♬ Malu Malu Tapi Nyaman – Lyodra

2 Comments

Rudy Rabu 17 September 2025 ~ 13.01 Reply

Saya sudah akrab dengan jarum suntik dan infus sejak kecil. Belakangan malah sering sekali saya berurusan dengan jarum suntik dan infus. Buat saya ya biasa saja, sama saja seperti minum obat. Tetapi saya berempati dengan mereka yang fobia jarum suntik.

Pemilik Blog Rabu 17 September 2025 ~ 17.53 Reply

Ada juga yang orang dewasa yang sulit minum obat. Kalau sedang sakit repot juga. Apalagi kalau obatnya banyak, harus sering diminun pula

Tinggalkan Balasan