Aku heran, bahkan mungkin iri, kepada orang yang tak peduli berita namun tampak nyaman. Hanya jika menyangkut dirinya maka dia peduli, misalnya banjir di wilayahnya. Atau ketika dia tinggal di Jogja hanya peduli berita jika Gunung Merapi berulah, dan pernah sangat peduli tatkala terjadi gempa bumi sampai dia tidur di halaman karena takut jika gempa mengguncang lagi rumahnya akan ambruk.
Hari-hari ini aku tak dapat menghindari informasi. Bahkan mungkin aku mencari. Tak ada berita bagus seputar negara, pemerintah, ekonomi, dan politik. Kebetulan hari-hari ini sering diwarnai mendung.
Memang mendung membikin teduh namun kelembapan membuat hawa menjadi gerah. Kelenjar keringat menjadi lebih giat. Sungguh tak nyaman. Kadang tengah malam pun aku mandi.
Aku juga sumuk karena sebagai kiasan terasa mendung berlengas mewarnai negeri. Aku coba tak terlalu memikirkan karena mereka yang mengurus negara pun tak hirau rakyat. Namun aku gagal.
Apa yang sebenarnya terjadi sekarang di republik ini? Demo tiada henti. Mungkin hanya sepekan saat Lebaran besok orang-orang akan beristirahat. Setelah itu amarah kembali mendidih. Selebaran untuk pengamanan diri demonstran telah beredar. Isinya dari pengamanan ponsel sampai memakai helm proyek dan topeng gas.
Aku gundah. Juga cemas jika di lapangan kekerasan demi kekerasan tak tertahankan. Aparat merasa benar telah menjalankan tugas, semua ekses dianggap tak terhindarkan karena merupakan dinamika lapangan, padahal kapolri sudah membuat panduan operasional.
Namun dalam kemasygulan aku tak dapat membantu, misalnya dengan menyumbang sekadar air minum untuk para pemrotes. Sekarang semuanya terasa mahal.
Apa yang sebenarnya terjadi di republik ini? Pemerintah maupun parlemen seakan-akan kompak tak mau tahu apa yang terjadi.
Aku membatin, berapa banyak orang yang kemarin ikut memilih caleg dan capres kemudian kecewa, bahkan getun?
5 Comments
“Ngeblog adalah katarsis”, dulu itu siapa ya, yang pertama kali bilang begitu, Bang Paman? Salut sama Blogombal yang konsisten euy..
Btw, para pejabat itu sebagian besar pengusaha juga, pasti diam-diam risau walaupun tampangnya cengengesan. Lagi pula, selama anak muda masih peduli dan mau bergerak (dan gerakan mereka canggih lho), kita boleh optimistis negeri ini akan pulih.. Aamiin..
Nggak tau siapa yang bilang, juga nggak tau apakah orang termaksud masih ngeblog. Demikian pula kaum taut berslogan ngeblog with passion.
Lanskap sudah berubah, presensi digital kan bukan hanya blog. Lagi pula kesempatan orang untuk baca makin berkurang.
Saya saja yang aneh, di era video masih nulis. Lebih aneh lagi ada yang baca. 😂🙈
Medeni, mengkhawatirkan, mengerikan, dan istilah-istilah lain apa lagi ya, Paman?
Yah begitulah. Memprihatinkan. Sebenarnya saya nggak ingin mencatat hal seputar kondisi negeri di blog ini, tapi kalo saya tahan bisa jadi penyakit dalam diri saya. Jadi anggap saja itu catatan personal dalam menyikapi keadaan, sama seperti orang lain melakukan di X, FB, IG dlsb 🙏
Lha daripada cuma nulis di WA
👍