Bagaimana kita melihat masalah yang diangkat Kompas (Rabu, 20/3 /2025), tentang sarjana yang menjadi ART (asisten rumah tangga) atau PRT (pekerja rumah tangga) dan sopir, dengan sejumlah contoh?
Dalam berita, tersebutkan Purnawati (42), lulusan diploma akuntansi ini menjadi babysitter sejak pandemi Covid-19. Saban hari ia mengurus bayi mulai usia 0-9 bulan.
“Sebelumnya kerja kantoran. Terus berhenti dan jadi ibu rumah tangga. Tapi terbentur ekonomi, makanya jadi babysitter,” dia berkisah.
Purnawati disalurkan oleh PT Kasih Ibu Sejati Mulia, di Mampang Prapatan, Jaksel. Pada 2025, perusahaan itu menerima lima pekerja kerah biru berlatar kerah putih. Salah satunya sopir tamatan S1.
“Sejauh ini, pengalaman kami dengan lulusan D-3 dan S-1 itu cukup baik. Mereka bekerja dengan profesional, cepat beradaptasi, dan menjalankan tugas dengan baik,” ujar pengurus PT Kasih Ibu Sejati Mulia, Diki Hermawan.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat 77.965 orang di-PHK sepanjang 2024. Korban PHK paling banyak di Jakarta (17.085 orang), disusul Jawa Tengah (13.130 orang), Banten (13.042 orang), Jawa Barat (10.661 orang), Jawa Timur (5.327 orang), dan wilayah lain di bawah 5.000 orang.
Untuk tahun 2025 ini, sebanyak 3.325 orang terkena PHK. Dari jumlah itu, paling banyak pekerja di Jakarta (2.650 orang), sedangkan di wilayah lain kurang dari 300 orang.
Menurut saya, sekolah tinggi namun bekerja tak sesuai asumsi masyarakat itu tidak masalah. Lha daripada menganggur kan? Apalagi badan masih kuat.
Saya pernah mendengar seorang sarjana filsafat, yang memang cendekia, dan terbukti menghasilkan sejumlah buku berbobot dari sisi konten dan jumlah halaman, sempat menjadi sopir seorang dirjen.
Anekdot yang beredar, dia ikut grup WhatsApp sopir kementerian dengan topik yang berbeda dari dunianya. Kini sang cendekiawan jadi dosen dan mengasuh jurnal kebudayaan.
Contoh lain, dan terkenal, di Jakarta, seorang insinyur teknik sipil membuka panti pijat beneran, sukses, kemudian membuka resto Jepang.
2 Comments
Sedih sih, sebetulnya. Saya sering mendapati kurir ojol ternyata bergelar sarjana pendidikan, komputer, dsb. Sedih lah. Sementara itu banyak sekolah kekurangan guru, tapi gajinya tidak menarik. Lalu, nanti posisi guru mau diisi tentara :(
Tentara sudah mulai ngajar SD, Mbak. Soalnya SD-nya kekurangan guru.