Salah satu penyebab puluhan narapidana (napi) dan tahanan kabur dari Lapas Kutacane, Aceh Tenggara, Aceh, adalah ketiadaan bilik asmara. Tentu, bilik asmara — ada yang menyebut ruang hasrat — bukan istilah resmi.
Bilik untuk kangen-kangenan napi dengan pasangan sah itu, Menurut Dirjen Permasyarakatan Sri Puguh Utami, sudah tersedia, “Itu kami praktikkan sudah mulai tahun lalu. Ada di Lapas Ciangir, Lapas Terbuka Kendal, dan Lapas Nusakambangan.”(¬ Republika, 2020)
Bilik asmara bulik dan paklik bisa menjadi kesempatan korupsi. Kalapas Sukamiskin, Bandung, Jabar, Wahid Husen, mendapatkan rezeki haram dari napikor, yang membayar Rp650.000 sewa kamar 2 X 3 meter.
Dari napikor Fahmi Darmawansyah, Wahid mendapatkan uang Rp39,5 juta, satu mobil Mitsubishi Triton, sepasang sepatu bot, sepasang sendal Kenzo, dan sebuah buah clutch bag Louis Vuitton (¬ Kumparan, 2018)
Soal komersialisasi ruang bercinta pernah mengemuka pada 2013, karena Freddy Budiman, gembong narkoba di Lapas Cipinang, Jakarta, sebelum dihukum mati, kerap memanfaatkannya. Kalapas menyediakan ruang khusus untuk menikmati narkoba dan bercinta bagi Freddy dan ceweknya (¬ Detik, 2013).
Bahkan terkabarkan ruang itu adalah ruang kerja Kepala Seksi Kegiatan Kerja Abner Jolando (¬ Kompas.com, 2013). Sejumlah media menyebutkan cewek Freddy lebih dari seorang, dari kalangan model.
Bilik asmara di penjara tersedia di beberapa negeri. Di Indonesia, bilik asmara adalah tafsir terhadap Pasal 9 huruf i UU No. 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan: “Narapidana berhak mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan dilindungi dari tindakan penyiksaan, eksploitasi, pembiaran, kekerasan, dan segala tindakan yang membahayakan fisik dan mental”. Pemenuhan kebutuhan seksual termasuk itu.
Sebelum ramai isu bilik asmara, sudah lumrah cerita di penjara tentang celana kantong bolong, secara kothongan. Maaf jika Anda jengah. Jadi saat dikunjungi pasangan, napi sengaja bercelana longgar dengan kantong di samping. Namun kantong bagian dalam sudah dipotong.
Saat napi pria dan pasangannya bersanding, dengan cara duduk yang aman, jika perlu ditutupi entah apa, tangan si perempuan masuk ke kantong bolong untuk memesrai. Saya lupa entah di salah satu bukunya atau dalam sebuah wawancara, seorang napi tenar — dia wartawan dan sastrawan — juga menceritakan kantong bolong itu.
¬ Ilustrasi: berita Kompas (Rabu, 12/3/2025, hlm. 15)
One Comment
Cerita celana kothongan itu ada di Menghitung Hari-nya Arswendo Atmowiloto sepertinya. Bisa dicek. Jika tidak berarti mendengarkan cerita secara langsung. :))