Siang itu setelah berjalan kaki kepanasan saya mencari tempat berteduh. Ada tempat terlihat nyaman dengan arsitektur tropis gaya lawasan. Ternyata itu warung bakso Lapangan Tembak, cabang di Kobek dari yang di Senayan, Jakpus.
Saya jarang ke pusat Kobek, Jabar. Karena harus memperpanjang SIM, ke tempat yang menyediakan bolpoin dan pojok kopi, maka saya ke sana. Siang itu saya ingin berangin-angin sambil mengasap dan ngopi sehingga memilih beranda belakang. Sayang, angin tak bergerak. Kancing atas baju yang berubah basah saya buka. Saat itulah saya mencoba mengenali atmosfer, sambil menunggu kopi, mendoan, dan mi ayam.
Yang paling awal terlihat dari tempat duduk saya adalah bidang tegak dengan genting terakota Jatiwangi. Sila lihat foto pertama. Saya penasaran, bangkit berdiri, dan mengamati. Ternyata sebuah musala. Artistik. Asri. Dengan tampilan eksotis lokal. Di tengah kota.
Musala dan bangunan kecil di sana dikitari taman, dinding bata dan beton terekspos, rumput, dan kerikil. Saya tak tahu siapa arsiteknya. Namun di area warung ada kantor kecil studio arsitek, namanya Tujuh Bata. Apakah musala ini rancangan mereka?
Setiap bangunan adalah ruang binaan untuk menanggapi lingkungan. Ada banyak gaya dan pendekatan. Di dalamnya termasuk pelibatan unsur kultural. Jika menyangkut tempat ibadah, ada kesadaran tambahan berupa nilai transendental yang berpadu dengan estetika agar laku ibadah lebih nyaman dan mendalam.
Tentang musala ini tentu saya tak mencoba merasakan suasana spiritual seperti yang saya sebutkan tadi. Saya tidak salat. Namun sebagai seorang non-Muslim saya merasakan pancaran kedamaian musala ini.
Tak banyak yang dapat saya ceritakan. Semoga foto-foto ini cukup bertutur. Selamat menjalani bulan Ramadan.
