Melihat iklan baris di Kompas hari ini (26/2/2025) saya terkesan oleh lowongan sopir. Hanya ada satu iklan lowongan kerja (loker) dalam kategori Karier karena makin ke sini makin jarang.
Media daring, termasuk platform rekrutmen dan jejaring sosial macam LinkedIn, telah menggantikan iklan loker di koran. Tak hanya menggantikan namun juga lebih informatif. Memang sih pada masa jaya koran kadang muncul iklan mencari pekerjaan, misalnya jasa akuntansi.
Masalahnya, iklan loker sopir di koran siapa yang baca, di Kompas pula? Sopir baca koran sambil menunggu juragan, apalagi sopir muda, makin jarang terlihat. Ponsel telah menggantikan koran. Padahal loker yang ini mensyaratkan maksimum 35 tahun.
Kalau yang membaca loker ini adalah bos yang suka iseng baca koran, tetapi masih cocok dengan sopir yang sekarang, apakah mungkin memberitahukan iklan ini?
Pekan lalu Presiden Partai Buruh sekaligus Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan, “Ditutupnya pabrik Sanken di Indonesia telah mengakibatkan 900 buruh kehilangan pekerjaan dengan masa kerja rata-rata 15 tahun, dengan usia pekerja 30-40 tahun, yang bisa dipastikan akan sulit mencari kerja setelah di-PHK.” (¬ Kompas.id)
- Jual rumah itu tak mudah: Spanduk jual rumah sampai pudar, rumahnya belum laku. Di koran masih ada iklan jual rumah.