Sampai sekarang saya kagum terhadap inventor alat kecil pemadam lilin, serupa cincin kupu-kupu, yang bekerja otomatis sesuai perjalanan api ke bawah karena sumbu terus memendek. Entahlah siapa orang hebat pada sekian ratus tahun lalu itu.
3. Candle snuffer from 1840s pic.twitter.com/yXnOQb3lFa
— Earth_Wanderer (@earth_tracker) January 15, 2025
Tetapi orang yang sulit mengapresiasi hal bagus, padahal tak mampu melakukannya karena tak pernah memikirkan, akan bilang, “Halah sederhana aja cara kerjanya, nggak canggih.” Dalam kehidupan selalu ada orang sulaya, suka maido, tetapi kalau merasa dicemooh pasti marah. Tanpa orang macam itu kehidupan sosial takkan lengkap.
Setahu saya ada dua jenis pemadam lilin. Pertama, menyerupai lonceng bergagang, tinggal ditengkurapkan pada api lilin. Kedua, berupa cincin. Saya lebih suka meniupnya karena lilin di rumah tak sebesar lilin kelenteng yang setinggi manusia.
Saat listrik padam, sehingga saya harus menyalakan lilin, selalu saya cari cagak tempat lilin dan cawan atau asbak kaca untuk mencegah lilin membakar rumah. Saat saya masih bocah pernah meletakkan lilin menyala di atas cepuk bedak di meja rias. Untung meja rias kuno dari jati tua itu kuat, hanya hangus njeglong, karena ibu saya segera memergoki.
Tentu setelah saya dewasa lalu mengalami oglangan (mati lampu) selalu terpikir untuk membeli cincin lilin. Tetapi setelah itu lupa. Kini karena harus berjimat — bahasa Malaysia untuk berhemat — saya takkan membelinya. Semoga akan ada yang menghadiahkannya untuk saya.
2 Comments
Tak jarang sesuatu yang sederhana dipandang sebelah mata, tetapi pada akhirnya bisa membuat kita terkesima dan tak dapat berkata-kata.
Betul sekali. Klip kertas, yang oval maupun segitiga, itu hebat.
Melihat gunting, saya takjub. Di antara semua alat besi tajam yang menjadi senjata, gunting itu hebat. Lalu bagaimana orang dulu, sebelum ada gunting, memotong kain untuk pakaian? Dengan pisau?
Perjalanan peradaban manusia memang ajaib. Tak semua masyarakat, pada suatu masa, mengenal senthir atau dian, lampu minyak dengan sumbu. Karena pengenalan terhadap minyak, dari bahan apa pun, memerlukan invensi. Itu adalah bagian dari upaya manusia menyimpan api, atau sumber api, yang bisa mereka manfaatkan setiap kali memerlukan.
Persoalan survival di alam liar hingga hari ini selain binatang berbahaya adalah membuat api dengan bahan di alam.