Pengendalian mutu ruang ruko

Stiker ukuran A5 pada kaca sebuah ruang kosong di deretan ruko itu membuat saya tersadarkan oleh satu hal. Apa? Saya jarang memperhatikan hal macam itu. Mungkin karena ruko yang sering saya lihat sudah terisi semua, dan pintu depannya berupa pintu gulung atau pintu lipat. Ruko ini bagian dari perumahan milik pengembang patungan perusahaan Prancis dan Indonesia. Kesan selintas saya memang bangunannya bagus.

Tertulis pada stiker: QC. Quality control. Pengendalian mutu. Ada pass, mestinya passed, artinya lulus. Sebenarnya kita sudah terbiasa dengan label QC, dari alat elektronik kecil semisal tetikus sampai kaca mobil baru ada stiker itu. Makin murah harganya kita makin kurang peduli. Begitu pun dengan garansi.

Di Indonesia pasti banyak bidang yang mengenal pengendalian mutu produk agar sesuai standar, misalnya eh mungkin dari sisi proses produksi merujuk ISO yang bervariasi pakai angka itu. Persoalannya, siapa yang mengawasi kelulusan uji pengendalian mutu?

Pada 1990-an, teman saya, perempuan lajang, membeli rumah secara tunai, dengan uang dari orangtuanya di Yogyakarta, di sebuah kompleks perumahan besar di selatan Jakarta, yang memiliki banyak sektor. Ternyata ada saja yang tidak beres pada rumah baru itu. Dia harus mengajukan komplain ke pengembang dan rajin menagih. Untuk itu dia harus berurusan dengan sejumlah subkontraktor.

Saya tak tahu apakah saat itu rumah yang dia beli ada stiker QC Passed. Jangan-jangan malah stiker QC Lepas, artinya lossss dhollll. Di Indonesia apalah artinya stiker. Lha wong ijazah sebagai tanda kelulusan saja bisa dibeli, lalu pemerintah mau bikin ijazah semacam e-KTP, entah apa maksudnya.