Tak suka wapres tapi selalu ikuti beritanya

Aneh, tak menyukai seseorang tapi terus memantau kabar tentang dia. Ini soal kesehatan mental?

▒ Lama baca < 1 menit

Benci wapres tapi kecanduan berita tentang dia — Blogombal.com

Ngabdul Miber, dulu sebutannya Ngabdul Moolook, seperti orang hilang keseimbangan. Saban hari dia mengeposkan berita seputar wapres, lalu di grup WhatsApp teman kuliah membuat komentar kontra. Bahkan kabar basi pun dia angkat ulang. Dia marah jika disebut nggak move on.

“Kalo sampean saban hari bahas dia, itu sama saja membiarkan pikiran dikuasai dia. Nyebut dia berarti mengakui dia ada,” kata Kamso dalam reriungan di warung soto Pak Bengek.

Ngabdul dulu loyalis Mulyono, lalu balik badan setelah skandal di Mahkamah Konstitusi. Maka setiap kali Mulyono jadi berita, Ngabdul juga memperlakukannya seperti terhadap berita tentang anaknya.

Mental health-mu dijajah bapak dan anak, hasilnya cuma energi negatif, Dul,” timpal Nani Klepon.

Aja gething, mengko malah nyandhing,” kata Indri Krecek. Jangan membenci, nanti malah mendampingi.

“Ini gara-gara media terus beritain si wapres dan bapaknya,” Ngabdul membela diri.

“Nggak usah direken,” kata Heru Cukur.

“Sampean bisa kena Stockholm syndrome,” kata Agus Brengos yang suka omong ngawur.

“Mestinya media nggak usah nulis wapres, ya Kam,” kata Ngabdul.

Kamso menjawab, “Nggak bisa dan nggak perlu. Di online tuh semua berita setara. Berita wapres mungkin juga bagus trafiknya, soalnya yang nggak suka dia juga baca buat mencerca. Beda kalo di koran cetak.”

“Di koran cetak, kalo masih ada, gimana caranya?” Ngabdul penasaran.

Kamso katakan, “Tergantung medianya. Kalo mereka nggak suka wapres, bisa ekstrem nggak memberitakan. Tapi kalo demi fairness harus beritain, taruh aja di halaman dalam, cuma sekolom, deket iklan baris kehilangan BPKB, judulnya nyebut wapres tanpa nama. Nama lengkap cuma sekali disebut di muka, habis itu pake kata ganti wapres. Sepanjang faktual, nggak opinionatif bin insinuatif, secara jurnalistik aman.”

“Asyik, tuh!” sahut Kamso, diikuti tawa bahagia serasa dapat uang pensiun ke-13 dan ke-14.

“Tapi koran udah tamat. Misalnya ada, yang baca dikit. Kalo masih ada koran, sampean juga nggak baca. Tapi kalo sampean baca, lalu puas ngeliat berita ngumpet, berarti sampean harus konseling, kadung addicted sama wapres,” kata Kamso.

2 Comments

Widodolestari Minggu 9 Februari 2025 ~ 09.42 Reply

Saya kayak Ngabdul. Merasa ketipu setelah kasus MK anaknya. Jengkelnya, masih muncul mulu, apalagi di sosmed. Baik berita positif maupun negatif, bikin jengkel.

Pemilik Blog Minggu 9 Februari 2025 ~ 15.44 Reply

Salah satu persoalan besar dalam hidup kita, eh saya, adalah memaafkan diri sendiri. Padahal terhadap orang lain pun kita sulit menjalani apa yang kita ucapkan dalam Doa Bapa Kami: ampunilah kesalahan kami dst… 🙏

Tinggalkan Balasan