Tinja, dubur, dan bodoh

Maka kita pun berpikir, kelak akan muncul merek asing apa yang berbeda arti di Indonesia?

▒ Lama baca < 1 menit

Korek api gas cap Tokai, merek top Jepang — Blogombal.com

Usai menggunakan korek gas, yang dapat diisi ulang sehingga usia pakai lebih lama, saya amati merek lawas itu, lalu melamunkan hal yang sudah saya ketahui sejak dulu. Orang lain juga tahu: istilah tokai dalam bahasa gaul Jakarta abad lalu berarti tinja.

Korek api gas cap Tokai, merek top Jepang — Blogombal.com

Maka dahulu kala ketika korek gas ini muncul di pasar, saya membatin pasti jenama Tokai ini menggunakan istilah Jepang, namun saya tak tahu artinya. Di kemudian hari saya tahu bahwa tokai dalam bahasa Jepang berarti kota.

Korek api gas cap Tokai, merek top Jepang — Blogombal.com

Tulisan ini tak bermaksud melecehkan Tokai dan merek lain yang di Indonesia bisa bermakma lain. Untuk korek gas Tokai, produk Tokai Corporation, Jepang, tetapi dirakit di Indonesia, terbukti kuat di pasar. Artinya diterima oleh masyarakat.

Maka muncullah peniru atau pemalsu, karena bagi pengusaha licik lebih murah membajak merek tenar ketimbang membesarkan nama buatan sendiri. Bagi mereka, menipu adalah bagian dari kecerdikan.

A post shared by Tokai (@tokailighter)

Sudah empat dasawarsa lebih Tokai hadir di Indonesia. Kenapa masyarakat tak peduli arti tokai versi sini? Saya menduga karena istilah tokai sebagai tahi tidak berlaku luas di Indonesia yang beragam suku. Tak semua orang tahu, sedangkan yang tahu tidak peduli. Prinsip apalah artinya nama pun berlaku.

Alat masak jempolan cap Silit dari Jerman — Blogombal.com

Orang Indonesia mengabaikan nama juga terjadi pada alat dapur dari bagus Jerman, yakni Silit. Dalam bahasa Jawa, silit berarti dubur atau anus. Tentu, Indonesia bukan hanya Jawa. Sementara orang Jawa yang tahu artinya, namun melek jenama hebat, juga tak jengah dengan Silit. Sampai 2012 dulu di Jalan Radio Dalam, Jaksel, ada toko khusus Silit dengan logo besar.

Merek asli Daihatsu Terios adalah Be-go, tak dipakai di Indonesia — Blogombal.com

Lalu kenapa Daihatsu Be-go ketika mengisi pasar bersama kembarannya, Toyota Rush, pada 2006, mengganti nama menjadi Daihatsu Terios?

Saya mengandaikan, Be-go yang dilafalkan “bego” akan membuat konsumen enggan karena kata bego luas diterima oleh masyarakat sebagai padanan bodoh. Saya juga pernah memiliki Terios, tetapi dulu misalnya tetap bernama Be-go, saya pun tetap memilikinya.

Kebetulan saya dulu, setiap berganti mobil, senang mencopoti emblem supaya mudah membersihkan bodi. Saya suka mobil polos tanpa banyak tempelan. Stiker diler dan produsen film kaca (terjemahan pas glass film bukan kaca film, kan?) pun saya lepas. Stiker akan saya biarkan kalau saya dibayar.

¬ Foto Be-go: Paul Tan

Tinggalkan Balasan