Tanaman dalam gelas, lalu ingatan diperas

Setengah enam sore, saat gerimis sudah habis, saya masih menunggu seseorang di sebuah toko roti jadul. Saya duduk. Roti gambang masih separuh. Tak ada yang saya lakukan selain melamun, suatu hal yang sering menyenangkan saat menjaga jarak dari ponsel. Oh, jaga jarak?

Saat itu tidak. Ada jeda, yaitu memotret vas dari gelas untuk mewadahi semacam daun sirih, mungkin dari kelompok talas-talasan. Selesai memotret saya kembali melamun. Sebelum ada situs web penampil foto tanaman, dan kemudian ada Instagram dan Pinterest, seingat saya belum banyak rumah maupun kedai, juga meja kerja di kantor, yang dihias vas gelas.

Tetapi saya menyangsikan dugaan sendiri. Saya mencoba mengingat masa kecil. Oh ya, saya pernah melihat bekas bohlam menjadi vas tanaman mirip sirih. Bekas bohlam itu diikat kawat, digantungkan pada dinding papan yang dilabur putih dengan kapur. Rumah lain teman SD dan SMP juga begitu.

Perihal vas dari gelas minum, seingat saya dulu tidak ada. Apakah karena abad lalu gelas setiap rumah terbatas, atau karena tak ada rujukan visual? Sampai saya pindah ke teras atas toko roti, ingatan saya perihal vas gelas belum pulih.

Gelas sebagai vas dulu saya lihat di majalah Belanda ibu saya, kalau bukan Libelle ya Margriet. Tetapi bisa jadi, jelajah main yang kurang jauh, sehingga pada masa kecil tak melihat gelas minum untuk vas.

Di rumah dan tempat kerja, saya termasuk pemanfaat gelas murah yang saya beli khusus untuk wadah alat tulis. Saya di tempat kerja terakhir juga memasang tanaman mirip sirih, tak saya taruh dalam gelas melainkan dua botol bekas vodka, dan daunnya saya biarkan merambati tiang lampu meja.