Kita beruntung hidup di negeri yang kaya akan bambu. Banyak pekerjaan dan urusan sangat terbantu oleh bambu. Dari tusuk gigi, sumpit, anyaman keranjang, anyaman dinding, rangka tiang dan atap bangunan, pagar dan dinding, hingga perancah. Lihat gambar di atas.
Perancah bambu tetap bertahan, padahal steger atau scaffolding besi tersedia di mana-mana, bisa disewa. Saya pernah menulis, mengutip South China Morning Post, bahwa di Hong Kong pun steger bambu masih diandalkan.
Menurut Kementerian Bidang Perekonomian (2021), terdapat 176 spesies bambu di Indonesia. Dari total 1.620 jenis bambu di dunia, sebarannya ada di 80 negeri. Sekitar 105 jenis bambu di Indonesia merupakan tanaman endemik, memang tumbuhan asli sini.
Penanaman bambu mudah, dalam tiga empat tahun bisa dipanen. Namun menurut laman kementerian tadi, “Indonesia diperkirakan memiliki 1 juta hektar lebih tanaman bambu, namun, hanya 25.000 hektar yang telah dikelola dalam bentuk hutan/kebun bambu. Sementara sisanya tumbuh secara sporadis.”
Budi daya menjadi tantangan bersama. Masa cuma ada 2,5 persen hutan bambu. Nanti kalau makin banyak wilayah pantai harus membangun pagar laut siluman lagi, lebih dari 30 kilometer, pasti harus mendatangkan dari luar wilayah, bisa jadi sangat jauh. Eh, ndak masalah ding. Wong ada anggarannya, dan daftar birokrat yang harus dikorbankan, kan?