Siang menjelang sore, setelah hujan deras menyisakan gerimis, sambil berteduh saya mengamati sisi luar emperan Stasiun Cilebut, Bogor. Ada beberapa tiang pendek berjajar. Dari bentuknya saya menduga itu bekas rel kereta api. Tentu dari besi kwalitet bagus.
Pemanfaatan bekas rel adalah hal jamak di lingkungan PT KAI. Di stasiun-stasiun lama kita sering melihat bekas rel untuk pagar, palang, dan sebagainya. Mungkin bagi KAI, bekas rel itu murah. Setidaknya dulu. Kalau sekarang lebih murah tiang beton. Mungkin tiang beton juga lebih murah daripada besi H beam — bentuk penampangnya seperti huruf H.
Saya tak tahu tiang dari bekas rel itu untuk mencegah mobil parkir, terutama angkot, atau untuk memandu pesepeda motor agar memarkir dengan rapi. Tetapi kalau untuk parkir, ukuran antartiang menjadi boros ruang.
Ada juga hal yang saya belum mencari tahu: apakah ukuran rel peninggalan Hindia Belanda dan sekarang berbeda? Yang saya tahu, di kawasan bekas jalur kereta api banyak rel sudah raib. Pasti ada yang memanfaatkannya.
Tentang pencurian rel kereta api, ternyata masih terjadi. Pekan lalu, warga Desa Langkap, Kecamatan Bumiayu, Banyumas, memergoki sekelompok orang sedang memotong rel di KM 315+5/6 lintas Bumiayu-Kretek. Warga segera mengontak ke KAI Purwokerto. Lantas polisi meringkus pelaku (¬ JPNN).
2 Comments
Kalau di Bogor, biasanya penghalang kayak baja rel itu buat mencegah angkot ngetem, Bang Paman :D
Oh begitu. Suwun Mbak Mpok 🙏😇