Saidi, kakek perkasa

Kalau media enggan menghasilkan foto bagus, jangan-jangan Indonesia akan kekurangan foto jurnalistik yang bagus.

▒ Lama baca < 1 menit

Saidi, kekek 73 tahun, warga Tangsel - Kompas — Blogombal.com

Ketika membaca artikel “Otak Manusia Menyusut Setelah Memasuki Usia 30 Tahun” di Kompas hari ini, saya malah terkesan oleh salah satu foto ilustrasi. Saya menduga itu foto arsip. Setelah membaca kapsi, dugaan saya makin kuat bahwa itu arsip.

Tersurat dalam kapsi:

Saidi (73), menjaring ikan di Situ Ciledug, Pondok Benda, Tangerang Selatan, Banten, 24 September 2020. Di usia tuanya, Saidi tetap produktif dan sehat dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomis.

Begitulah media berita dan foto jurnalistik. Harus jelas itu foto apa dan siapa, sehingga sebagai arsip akan memperkaya pengetahuan pembaca. Tetapi bukankah banyak media daring mengabaikan hal itu? Mmm… Anda saja yang menjawab.

Bagi saya foto itu kuat. Tampak seorang pria lansia, Saidi namanya, sudah 73 tahun usianya pada 2020, dengan massa otot sudah berkurang namun terlihat pejal berurat, sedang bekerja di atas rakit danau.

Saya belum pernah melihat foto itu. Ternyata sudah beberapa kali dipakai dalam ilustrasi Kompas.id untuk artikel seputar lansia. Saya menduga foto itu dari sebuah galeri foto berita di Kompas.

Ternyata benar. Akhirnya saya temukan. Pemuatan lengkap, berisi delapan foto karya pewarta foto Hendra A. Setyawan, ada di edisi 24 September 2020. Judul esei foto itu: “Produktif di Usia Senja“.

Lalu, apa masalahnya dengan foto jurnalistik yang bagus? Saya terus berbantahan dengan diri saya sendiri, bahwa pembaca media berita daring tak butuh foto bagus dengan keterangan yang jelas.

Saidi, kekek 73 tahun, warga Tangsel - Kompas — Blogombal.com

Tak semua media ingin menampilkan esei foto karya sendiri maupun kontributor (tentu harus membayar honor), pun membeli dari Antara Foto, karena pembaca juga tak butuh. Saya curiga, tetapi saya bantah, banyak media berita malas menggaji lebih dari satu pewarta foto dan membiayai peralatan berikut biaya liputan lapangan.

Bahkan saya berprasangka, namun selalu saya koreksi, bahwa sebagian media macam itu, ada yang membayar telat gaji awak redaksi. Menghasilkan karya visual cantik kuat berarti biaya, padahal tak berkorelasi positif dengan trafik.

Baiklah jika ada yang bilang memang peta media berita sudah berubah. Tetapi mengapa media luar negeri banyak yang punya foto dan juga infografik yang bagus, bukankah sebagai media daring mereka juga berdampingan dengan produk visual bagus yang berhak cipta di media sosial?

Jawaban bahwa konsumen berita di Indonesia berbeda tentu tak memuaskan.

Saidi, kekek 73 tahun, warga Tangsel - Kompas — Blogombal.com

Tinggalkan Balasan