Jual jas hujan di halte bus Transjakarta

Jakarta Raya yang keras, perempuan pulang kerja malam hari dengan kerepotan. Saat pandemi, irama ini meredup.

▒ Lama baca < 1 menit

Penjual jas hujan di Terminal Pinangranti - halte Transjakarta — Blogombal.com

Malam, pukul sebelas seperempat, bus Transjakarta yang saya naiki tiba di halte terakhir, Terminal Pinangranti, Jaktim. Saat bus merambati kemacetan, hujan masih mengguyur. Tidak deras, hanya rintik-rintik, sisa hujan sebelumnya. Maka lorong halte pun penuh, banyak penumpang berteduh. Mayoritas perempuan.

Penjual jas hujan di Terminal Pinangranti - halte Transjakarta — Blogombal.com

Dari luar pagar, seorang perempuan muda rajin menawarkan jas hujan dari plastik tipis. Saya tak tahu harganya. Biasanya jas macam ini sekali pakai, dibagikan dalam konser luar ruang saat musim hujan, menjadi pelengkap pengerahan pawang hujan.

Penjual jas hujan di Terminal Pinangranti - halte Transjakarta — Blogombal.com

Beberapa orang membeli jas hujan itu dan langsung mengenakannya. Ada yang kemudian tampak memesan ojek melalui ponsel. Tampak juga yang menuju parkiran motor maupun menghampiri penjemput. Saat hujan, pengguna angkutan umum dan pemotor akan kerepotan. Namun mereka telah siap dengan sekian skenario. Kalau ada duit, sebagian dari mereka akan memesan Gocar dan sebangsanya, motor ditinggal di penitipan.

Penjual jas hujan di Terminal Pinangranti - halte Transjakarta — Blogombal.com

Lama saya tak melihat degup irama Jabodetabek macam ini, sampai pukul sepuluh malam bahkan lebih, banyak perempuan pulang kerja naik angkutan umum, kemudian disambung ojek atau malah mengendarai motor, bisa sejauh 8 kilometer dari terminal. Tiga tahun saat pandemi, irama ini meredup. Saya dulu, sampai akhir 2019, ketika masih bekerja, akrab dengan pemandangan ini.

Ibu kota yang belum pindah ini, dan sekitarnya, yang dalam bahasa Inggris disebut The Greater Jakarta, memang keras. Saya ngeri membayangkan perempuan naik motor dalam gerimis malam dibegal.

3 Comments

Junianto Sabtu 1 Februari 2025 ~ 21.09 Reply

BTW Paman naik bus Transjakarta aman-aman saja? Kok saya jadi kebayang waktu Paman jatuh tatkala ajar numpak pit lagi, atau jatuh di kolah pidihil sudah nyender tembok….

Pemilik Blog Minggu 2 Februari 2025 ~ 10.36 Reply

Suwun 🙏💐
1. Naik TJ hrs ekstra hati-hati krn gak semua halte aman, lagi pula kadang bus berhenti tapi jarak pintu ke dek halte bisa 40 cm. Lebih aman emplasemen kereta.

2. Ada peluang mengamankan diri sih, misalnya saya ambruk tapi kalo di sekeliling saya dalam bus dan kereta banyak orang berdiri, pasti ada yang menahan saya kalo saya ngliyeng jatuh

Junianto Minggu 2 Februari 2025 ~ 13.33 Reply

Baiklah, syukurlah.

Sekaligus menjawab kekhawatiran saya terhadap keselamatan Paman di konten Dasi dan MacBook dalam Sepur….

Tinggalkan Balasan