Kerja 4 hari sepekan dan soal uang makan

Tunjangan uang makan atau makan siang gratis itu tak wajib bagi pengusaha. Serikat buruh harus memperjuangkan?

▒ Lama baca 2 menit

Kerja 4 hari sepekan, jatah uang makan berkurang — Blogombal.com

Wacana kerja dalam sepekan cukup empat hari, bukan lima hari, apalagi enam hari, menggundahkan banyak pekerja. Mereka khawatir, empat hari berarti hanya empat kali uang makan. Atau empat kali makan siang gratis. Padahal pekerjaan terandaikan akan lebih berat.

Awal saya kerja di Jakarta, 1990, dengan enam hari kerja, uang makan diberikan tunai setiap Senin. Tentu itu berdasarkan kehadiran pada pekan sebelumnya. Mas Opisboi yang membagikan. Nilai uang makan sama rata dari OB sampai direktur. Orang luar bilang, uang makan kami lumayan.

Kemudian akumulasi uang makan sebulan dimasukkan dalam gaji, tentu ditransfer. Tak ada uang tunai ekstra setiap Senin. Uang itu antara lain dipakai karyawan untuk urunan sukacita, misalnya kelahiran anak sejawat, maupun dukacita, misalnya anggota keluarga sejawat meninggal.

Memberi karyawan makan siang gratis bukan kewajiban perusahaan — Blogombal.com

Itu pun masih kurang. Pada tenggat akhir redaksi majalah ada makan malam di kantor, prasmanan. Pernah pula pada mulanya saat tenggat ada pembagian dua butir telur ayam mentah. Pada hari istimewa setiap karyawan beroleh satu boks Holland Bakery berisi lima enam macam roti.

Delapan tahun kemudian saya berpindah kerja ke perusahaan kecil. Makan siang di kantor bersuasana rumah, silakan ambil sendiri di dapur. Cuci piring tentu ada petugasnya.

Tujuh tahun kemudian saya berpindah kantor. Di tempat baru, setiap karyawan menerima selembar kertas A4 berisi kupon makan sejumlah hari kerja dalam sebulan. Kupon untuk membeli makan siang di kantin di basement yang mirip pujasera mini. Kalau biaya makan melebihi nilai kupon silakan menombok.

Akhir bulan biasanya ada koordinator pengepul kupon sisa. Untuk apa? Dibelanjakan aneka camilan termasuk buah potong plus sambal lotis di kantin, mumpung belum hangus.

Hanya tiga bulan di situ, akhirnya kantor meninggalkan menara, pindah ke gedung sendiri. Makan siang disediakan oleh dua-tiga katering, selang-seling. Jumlahnya sering berlebih, sehingga OB, sopir, dan satpam dapat memanfaatkannya setiap sore untuk dibawa pulang. Bisa saja lebih dari satu kardus.

Memberi karyawan makan siang gratis bukan kewajiban perusahaan — Blogombal.com

Setiap Senin ada menu khusus dari KFC, Hokben, Pagi Sore, Bakmi GM, dan kedai tenar lain. Jumlah makanan tidak ngepas. Tamu yang bertandang pun boleh ambil. Jika sore masih tersisa, siapa pun boleh makan lagi dengan menghangatkan di microwave oven atau membawa pulang, jika perlu lebih dari satu.

Menu bukan katering biasa tetapi dari resto juga berlaku pada hari khusus, kadang ditambah es krim Glico. Kalau saat itu ada yang mengeluhkan hidangan mungkin akan dihardik Deddy Corbuzier secara lebih bengis, lalu, “Gue tabok! Bener, gue tabok!” Sudah dikasih makan enak kok rewel.

Maaf, cerita saya bertele-tele. Persoalannnya apakah uang makan maupun makan siang itu wajib? Setahu saya tidak. Lain halnya jika sudah diatur dalam perjanjian kerja kolektif.

Menurut aturan ketenagakerjaan yang sekarang bagaimana, saya belum mempelajari. Begitu pula setiap karyawan menerima THR Natal dan Lebaran seperti pada perusahaan pertama tadi.

Memberi karyawan makan siang gratis bukan kewajiban perusahaan — Blogombal.com

Lalu soal empat hari kerja berarti empat kali uang makan, apalagi saat ekonomi ndembik makplekenyik seperti saat ini bagaimana? Ahli hukum dan aktivis perburuhan yang lebih paham. Oh ya, tentu juga pasangan gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung dan Rano Karno yang mewacanakan empat hari kerja.

Tinggalkan Balasan