Menarik sekaligus membingungkan. Pegawai berdemonstrasi menuntut mundur Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro. Penyebabnya, Satryo mengancam, menampar, dan memecat seorang anak buahnya, Neni Herlina, yang dianggap bekerja tidak benar.
Saya sebut menarik karena jarang, bahkan setahu saya belum pernah, pegawai kementerian menuntut menterinya untuk mundur. Untuk kasus korupsi tentu tak terjadi karena begitu menjadi tersangka, menteri langsung dicopot atau mengundurkan diri sebelum didemo pegawai.
Saya sebut membingungkan, karena misalnya dugaan tindak kekerasan fisik dan nonfisik disertai pemecatan itu benar, apakah pernah terjadi di lingkungan Kemenhan dan Mabes TNI, lingkungan yang lebih keras ketimbang sipil? Oh ya, juga di Mabes Polri?
Satryo membantah telah melakukan hal yang dituduhkan. Katanya, demo ini bagian dari penentangan pegawai terhadap rencana mutasi besar-besaran di Kemendiktisaintek. “Kami ingin melakukan instruksi presiden, yakni harus menghemat penggunaan anggaran pemerintah,” ia berujar.
Bagi saya, sebelum bola api membesar dan menggelundung terus, perlu investigasi soal hardikan, tamparan dan seterusnya. Siapa yang melakukan investigasi terserah, yang penting dipercaya korps pegawai maupun Pak Menteri. Memang setiap lembaga memiliki pemangku fungsi pengawaaan dan penegakan etik, tetapi lagi-lagi ini soal kepercayaan. Ada kredibilitas dan akseptabilitas dalam dua sisi koin.