Saya tak menanya Mas Jefri, pemilik warung sayur, sudah berapa tahun dia memakai kotak Styrofoam berlogo Garuda Indonesia itu. Namun saya sudah melihatnya beberapa tahun terakhir. Kotak berbahan gabus sintetis untuk menaruh dagangan. Dulu saya pernah melihatnya untuk menyimpan ikan dan es batu.
Inti cerita: kalau berukuran besar dan berupa wadah, Styrofoam tak langsung menjadi sampah yang sulit terutai. Kenapa? Sebagai barang bekas, kotak gabus itu masih dapat dimanfaatkan. Seperti kotak Garuda yang berukuran sekitar 50 × 80 × 40 cm ini.
Tentu ukuran bukan segalanya. Gabus ganjal dalam kemasan mesin cuci dan printer laser besar pun kurang disukai pemulung karena mudah patah dan tak dapat dimanfaatkan. Apalagi bekas tatakan makanan, kan?
Sebenarnya limbah gabus dapat diolah menjadi bahan lain, misalnya untuk bahan bangunan. Namun saya belum tahu skala produksinya dan daya serap pasar agar ekonomis. Lalu mengapa Styrofoam ditulis dengan S kapital? Itu merek.
- Kepelikan Styrofoam, UKM, dan harga: Umumnya konsumen ogah kalau memakai wadah ramah lingkungan malah membayar lebih mahal, seolah didenda.