Spa dan sauna bukanlah bisnis hiburan

Spa terhindar dari pajak tinggi. Apa hubungan spa dengan Tien Soeharto, Bondan Winarno, dan Kwik Kian Gie?

▒ Lama baca < 1 menit

Persepsi masyarakat tentang spa khusus pria bisa beragam — Blogombal.com

Pekan lalu Mahkamah Konstitusi meluluskan permohonan Asosiasi Terapis Indonesia (Asti) agar spa dan sauna tak termasuk bisnis hiburan, sehingga terbebas dari pajak 40—75 persen dari pendapatan kotor (¬ Kompas.id) .

MK sekaligus menolak permohonan uji materi sejumlah pengusaha hiburan, termasuk karaoke, agar usaha mereka dikecualikan dari UU Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (UU HKPD).

Spa dan sauna itu untuk kesehatan. Apa saja isi layanannya beragam. Di Indonesia, setidaknya di Jawa, spa pertama muncul 1991, di kaki Gunung Salak, Sukabumi, Jabar, bernama Javana Spa. Spa dalam resor tersebut dimiliki oleh keluarga Menteri Koperasi Bustanil Arifin, diresmikan oleh Ibu Negara Tien Soeharto.

Dalam perjalanan waktu, bisnis spa bertumbuh, kian marak, bahkan muncul pula spa khusus pria. Ada beragam versi spa pria, sehingga pada 2022 Pemprov DKI menutup permanen Hamilton Spa & Massage di Jaksel, karena berlangsung praktik prostitusi terselubung (¬ WartaKotaLive).

Kasus paling disorot publik adalah spa dan tempat hiburan pria Alexis, yang terkabarkan menyediakan opsi layanan seks juga, sehingga akhirnya Gubernur Anies menutup usaha di Jakut itu (2017).

Sebagian spa, sauna, dan rumah pijat untuk pria dalam prasangka khalayak sering dihubungkan dengan hal yang bukan menghilangkan penat namun malah menambah letih. Di Instagram, ada akun spa pria yang memasang video peringatan “dilarang berbuat asusila” dalam bilik, dan ada pula video yang menyangkal bisnisnya pijat plus-plus.

Begitu buramnya panti pijat sehingga pada abad lalu Bondan Winarno pernah menulis surat di Kompas, memprotes penutupan Bersih Sehat selama Ramadan. Alasannya, itu panti pijat keluarga. Yang datang adalah ibu, bapak, dan anak.

Layanan mandi uap dan pijat di Indonesia berawal dari Jakarta pada masa Gubernur Ali Sadikin, akhir 1960-an—1970-an, berbarengan dengan pembolehan klub malam dan judi berlisensi. Salah satu tempat mandi uap — saat itu adalah terjemahan untuk steam bath — adalah Dusit Thani di Kota. Pemilik tempat itu antara lain politikus Kwik Kian Gie.

¬ Sumber foto: Freepik

Tinggalkan Balasan