Resepsi lesehan

Memangnya ke resepsi itu yang utama untuk jamuan makan, bukan bersua pengantin?

▒ Lama baca 2 menit

Resepsi pengantin gaya lesehan di GOR Antarikshe Halim — Blogombal.com

Beberapa kali saya menjumpai dalam gedung resepsi sejumlah tetamu makan sambil bersila. Tentu ada alasannya. Berdiri itu melelahkan, padahal jumlah kursi terbatas. Bahkan orang yang mestinya bisa duduk pun, misalnya lansia dan orang sakit, tak dapat kursi, dikalahkan orang lebih muda yang tampak bugar, saat berjalan membawa piring tak bermasalah.

Lho, bukannya resepsi yang saya foto dirancang untuk berdiri, bukan mendudukkan tetamu dengan manis pada kursi masing-masing, lalu menunggu pramusaji bekerja sebagai pilot piring terbang? Iya, sih. Tetapi ada saja masalahnya.

Resepsi pengantin gaya lesehan di GOR Antarikshe Halim — Blogombal.com

Tadi saya sebut berdiri itu melelahkan. Apalagi kalau bawa anak kecil. Saat makan, orang dewasa harus jongkok atau membungkuk untuk menyuapi bocah. Lalu ada pula faktor tambahan: tas yang dibawa si ibu. Tas kecil tanpa tali jelas merepotkan saat berdiri sambil makan, harus dikempit terus.

Pria (muda) sekarang lebih enak, bawa tas selempang kecil untuk menaruh ponsel dan lainnya. Tanpa tas pun, celana dan baju pria ada kantongnya. Mereka tak pernah berbekal lipstik, minyak wangi, dan pernak-pernik lain yang harus dalam tas.

Resepsi pengantin gaya lesehan di GOR Antarikshe Halim — Blogombal.com

Ah, tetapi kenapa di gedung lain belum tentu ada lesehan? Tergantung tempat dan atmosfernya. Di ballroom hotel, kecil kemungkinan terjadi. Karena tak ada yang memulai, pun tiada menjadi pengikut awal, orang lain akan sungkan.

Jenis busana juga berpengaruh. Gaun panjang maupun rok pendek sempit dengan sepatu hak tinggi akan merepotkan untuk bersila lalu bangkit berdiri. Berkain kebaya lebih repot lagi, apalagi dengan jarikan model lama yang berwiron dan berstagen, tentu dengan selop berhak tinggi, bukan sneakers. Bagi pria, bersetelan jas juga repot untuk berlaku serupa.

Lalu soal lain? Durasi acara. Jika mulur parah, padahal penata pesta sudah punya rundown, banyak tamu sudah kecapaian berdiri, namun tutup saji tak kunjung dibuka tersebab rangkaian pidato banyak pengisi, dan acara menyalami mempelai masih lama.

Ketika acara bersantap tiba, banyak yang sudah penat berdiri. Hmmm… memangnya ke resepsi itu yang utama untuk jamuan makan, bukan bersua pengantin? Anda yang tahu jawabannya.

Lebih dari sekali saya pernah datang ke resepsi yang tak banyak tahap, termasuk menunggu meja saji dibuka. Soal sesorah? Dalam akustik buruk, padahal tak setiap orang berbakat orator maupun komika, ucapan orang di panggung tak dihiraukan. Saya pernah menulis, bahkan doa pun kurang dihiraukan, tak semua orang bersikap takzim.

Tinggalkan Balasan