Hanya tiga kata namun bagi saya elegan: bukan area merokok. Tulisan pada warung soto itu tak berupa pesan tegas “dilarang merokok” maupun berupa imbauan tidak tegas “dimohon tidak merokok”, atau “terima kasih untuk tidak merokok”. Yang terakhir barusan ini terjemahan dari “thank you for not smoking“.
Untuk ruang yang lebih besar dari warung rokok, misalnya area rumah ibadah dan jalan di perkampungan, biasanya menggunakan kalimat “area bebas rokok”.
Lho apa pun kalimatnya, yang penting dipatuhi atau tidak, kan? Di banyak tempat, satpam bisa tegas menghentikan perokokan seseorang yang sedang berlangsung. Memang sih selalu ada orang ngèyèl yang tetap merokok namun kalau disebut buta huruf tersinggung. Misalnya dia mengaku buta huruf, siapkan saja kertas bertuliskan “Anda dungu pekok!”
Orang ngèyèl selalu ada. Teks “bebas rokok” dia artikan “bebas merokok”. Tetapi tulisan larangan merokok yang sudah pudar, begitu pun coretan merah yang lenyap pada ikon sigaret, seperti di Stasiun Bekasi, nyatanya tak merangsang wong ngèyèl untuk merokok. Ada satpam yang tegas.
