Arumanis si permen kapas, gratis tapi tak lekas habis tuntas

Tak semua makanan dan minuman yang percuma kita suka, padahal enak dalam rasa. Mengapa?

▒ Lama baca 2 menit

Arumanis gratis di Sogo PIM 3 Jaksel saat Natal — Blogombal.com

Hanya sekira satu menit, cairan gula dalam cepuk panas pada dasar panci itu telah berganti rupa dari kabut lengket menjadi sempurna sebagai permen kapas.

Lalu pemuda satunya, pendamping pembuat harum manis, itu segera memasukkannya ke kantong plastik besar. Tangkai kapas manis ada di luar kantong.

Tanpa bungkus plastik, si kapas di tangan anak kecil akan menyenggol busana jualan seharga ratusan ribu rupiah ke atas yang tergantung pada kapstok.

Tak ada yang canggih amat dalam pembuatan arummanis, demikian orang Jawa menyebut. Sejak zaman pembuatannya di atas sepeda, dengan pemutar bertenaga pedal, hingga di tokoserba besar berlantai tingkat di tengah suasana Natal, prinsip kerjanya sama. Penggemarnya juga sama: anak-anak kecil.

Arumanis gratis di Sogo PIM 3 Jaksel saat Natal — Blogombal.com

Selain harum manis, KBBI juga menyebut penganan nan sangat ringan ini permen kapas. Mungkin para munsyi memadankannya dengan bahasa Inggris: cotton candy.

Kapas terbentuk dari kabut gula yang ditangkap dan diputargembungkan oleh stik. Begitu mudah, namun di toko itu tak setiap pengunjung berminat, bahkan tak semua anak minta, padahal cuma-cuma, terbikin oleh jenama arumanis Gulali Jakarta.

Apakah makanan gratis di sebuah tempat tak lekas habis adalah ketidakadilan? Saya pernah membatin demikian setiap kali melihat pembawa nampan berisi icip-icip kue di mal sejuk tak dihampiri orang. Pernah saya tulis sekian tahun silam.

Lebih dari sekali saya mengalami di toserba besar kelas atas takjil tak dirubung saat azan magrib berkumandang dan saat ulang tahun si toserba. Meja hidangan dengan kudapan lezat tak menggoda minat semua orang.

Arumanis gratis di Sogo PIM 3 Jaksel saat Natal — Blogombal.com

Kenapa penganan tak dibagikan di pusat perbelanjaan biasa? Akal sehat saya segera mengoreksi gugatan ini: icip-icip adalah barang promosional, agar orang membeli. Targetnya harus pas. Itu bukan amal.

Tentang takjil dan hidangan ultah? Sudah dianggarkan dalam komunikasi pemasaran toko untuk merawat kesetiaan konsumen sekaligus menjaga citra positif.

Untuk takjil, saya menduga mereka yang sedang berpuasa sudah duduk manis dalam kedai menantikan seruan beduk dari sepiker langit-langit dan pelantang dinding.

Mereka yang masih dalam toko justru banyak yang tak siam — atau sedang tidak menjalani. Jadi berbeda cerita dari mereka yang sedang dalam perjalanan, termasuk dalam bus dan kereta.

Orang makmur sejahtera tak mudah lapar? Mungkin . Bagi saya persoalannya adalah rasa nyaman. Masing-masing dari kita pernah mengalami: ketika bokek, ada saja keinginan makan minum ini dan itu. Tetapi ketika kulkas penuh, dan lemari kitchen set juga berisi stok, lalu tawaran promo dan poin jajan daring menebal di ponsel, kita kadang tak rakus, semuanya secukupnya seperlunya karena kita bukan karung bergigi.

Salah satu hal yang sepatutnya kita syukuri dalam ketercukupan adalah perasaan nyaman, apa pun tingkat kita dalam neraca rupiah. Tanpa kita meminta pun Sang Sumber Anugerah selalu memberi yang kita butuhkan, bukan hanya berupa napas.

Selamat Natal dan bukan Natal.

Salam.

  • Camilan ultah toserba: Dalam segera meja itu dirubung. Sajian terus diisi ulang. Tapi pramuniaga konter hanya dapat melihat. Sebagai tuan dan nona rumah mereka tak boleh ikut menikmati.

Camilan gratis d Sogo Jakarta — Blogombal.com

6 Comments

mpokb Jumat 27 Desember 2024 ~ 12.08 Reply

Wah enak itu arumanis, Bang Paman. Harus lekas dimakan sebelum kempes kena udara hehe

Pemilik Blog Jumat 27 Desember 2024 ~ 13.31 Reply

Betul. Cepat menyusut.
Sekarang masih suka, Mbak Mpok?

mpokb Jumat 27 Desember 2024 ~ 23.07 Reply

Masih, Paman.. terakhir beli di penjual bersepeda sekitar 1,5 tahun lalu, tapi lalu kempes krn ditinggal di mobil siang hari, hehe

Pemilik Blog Senin 30 Desember 2024 ~ 09.38

Lebih enak es krim dong, Mbak 😂🙈

sandalian Jumat 27 Desember 2024 ~ 10.25 Reply

Begitu juga saat belanja, kami lebih bisa menahan diri saat perut telah terisi. Tidak tergoda membeli barang-barang nirguna yang terlihat menawan di mata.

Pemilik Blog Jumat 27 Desember 2024 ~ 13.29 Reply

Betul. Saya pernah baca riset, juga seperti itu.

Waktu kerja di Langsat, dan lagi ada duit, saya jalan kaki ke Gancit, dalam dalam mal berkeliling sampai lantai teratas, lalu turun lagi, dan kembali ke kantor. Sengaja saya pilih jam menjelang toko tutup supaya tidak tergoda. 😇

Tinggalkan Balasan