Setiap kali melihat bekas telepon umum (telum), tentu sudah tak lengkap, saya selalu membatin apakah aset ini sudah Telkom setip dari buku? Kunci kotak koinnya pun, misalnya telumnya masih tercatat, mungkin tak ada yang tahu tersimpan di mana.
Di kompleks saya masih ada satu bangkai telum, di depan sebuah rumah kosong tak terawat. Tulisan “Committed 2 U“, slogan selama 2002—2009, yang kemudian digantikan “The World in Your Hand“, dengan fon tulisan tangan, masih samar-samar terlihat pada bekas kotak pesawat telum. Dulu telum ini berupa tiang besi dengan tudung peneduh. Jadi bukan berupa boks berpintu.
Posisi tiang telepon itu tanggung, tidak pas persis di depan perbatasan tanah dua rumah yang menghadap ke pertigaan, melainkan di depan pagar salah satu rumah. Saya membayangkan misalnya pemilik rumah ingin merenovasi, atau membongkar rumah untuk membangun baru, pasti akan kerepotan karena terhalang bangkai telum.
Kalau warga langsung membongkar telum tersebut, mungkin bisa dianggap melawan hukum. Namun jika mengurus izin pembongkaran ke Telkom, saya berprasangka butuh waktu dan harus keluar duit. Karena menggeser tiang telepon pun korban yang terhalang tiang harus membayar.
Nasib bus surat warisan Belanda, yang bertuliskan Brievenbus, lebih beruntung. Masih terselamatkan. Ada yang jatuh ke kolektor. Adapun boks telepon merah London yang ikonis banyak replika dan miniaturnya. Di Kota Lama Semarang, Jateng, juga ada, untuk dekorasi taman.
Telum sebagai berita, sejauh pencarian sepintas, saya dapatkan dari arsip 2009. Misalnya di Detik: “Pengguna Telepon Umum Masih Ada“. Tersebutkan di sana, 80 persen pengguna telum membawa ponsel. Telkom saat itu memperkirakan mash dibutuhkan 50.000 terminal telum di seluruh Indonesia. Kemudian Detik pada 2014 mengabarkan, Google di Amerika akan mengubah akan mengubah telum menjadi hotspot gratis. °
Arsip dan gitu di Blogombal.com:
- Galeri Telepon Bodong (2011): Jangan-jangan Telkom hanya ingat punya aset bobrok kalau ada yang mengambil.
- Nasib Telepon Umum (2013): untuk pendek kompor dan wajan di Pasar Mayestik, Jaksel
- Bekas Galeri Telepon Umum(2015): Dulu ada 33 telum berjejer di Blok M, Jaksel
- Bekas Boks Telepon Umum di Jl. Abdul Muis, Jakpus (2016): Tak pernah jelas, boks telepon Imin mau diapakan. Sayang keluar biaya pembongkaran?
- Misalnya pandemi hadir ketika kita masih tergantung telum (2021): Ponsel yang dipakai sendiri saja, menurut sebuah riset, lebih berkuman ketimbang alas duduk kloset. Bayangkan kalau telum.
- Aset Telkom berupa telepon umum bobrok di Kobek (2022): Telkom mestinya malah berterima kasih kepada siapa pun yang membongkar aset mangkrak. Telkom tak keluar ongkos.
2 Comments
Satu yang saya tahu, di gedung sekolah dua cucu saya, sebuah SD Katolik di Solo. Meski tidak berfungsi yapi masih bagus karena berada di belakang pintu masuk sebelah dalam, terlindung dari sinar Matahari dan air hujan.
Wah menarik untuk Lik Jun potret dan ceritakan. Selalu ada hal yang menarik bagi bloger untuk difoto dan diceritakan🙏😇