Unik juga, saya membatin demikian saat melihat tong sebuah rumah. Mungkin sudah lazim namun saya baru melihatnya kemarin: tong sampah, berbahan plastik, dalam keadaan kosong berposisi menungging. Pasti tong itu kering terus, karena punutupnya tak terpasang. Selain itu tak ada tikus masuk. Kalau ditabuh mungkin berbunyi nyaring.
Soal wadah sampah, permanen maupun tidak, itu merepotkan terutama ketika tukang sampah belum datang. Pemulung akan mengobrak-abrik kantong sampah, padahal kita sudah memilah barang bekas yang dapat mereka pungut. Tetapi apa yang kita yakini tak layak pulung sering kali salah.
Maka banyak rumah tangga mengisi tempat sampah di luar rumah hanya pada hari truk sampah datang. Tentu dengan catatan, sepanjang memungkinkan. Sampah basah tak mungkin dibiarkan lama dalam area rumah. Tetapi sampah kering, atau agak kering, bisa dipindahkan ke luar belakangan. Dengan begitu, wadah sampah di luar tetap bersedikit isi bahkan kosong.
Karena saat memotretnya saya tak bersua pemilik rumah, maka selain tak permisi saya juga tak dapat menanya tempat sampah itu beli jadi ataukah memesan ke tukang Las. Saya membayangkan, dengan konstruksi lebih kuat dapat dibuat agar dudukan tong itu punya poros di kanan kiri sehingga tongnya bisa ditegakkan maupun dimiringkan seperti menuang isi. Ya, serupa molen beton.
Tetapi kalau lingkungan tidak aman, cagak dan tong bisa lenyap. Lagi pula kalau tong terlalu tinggi, kasihan tukang sampahnya. Eh, bukannya tong sampah dari drum rendah, yang bertiang dengan poros, sudah lama ada? Saya lupa. Lamunan saya di jalan ternyata ngaco.