Oh, masih ada! Saya membatin demikian karena kaget dan takjub, masih ada anak sekarang naik sepeda laki-laki dengan cara ngodhok, artinya bergaya kodok. Saya melihatnya di Instagram, dari akun @xz.anwar_. Itu pasti video zaman sekarang, pada era media sosial.
Selama ini saya hanya melihat adegan itu dalam foto lawas yang dibagikan di media sosial, tak jelas sumbernya. Oh, bukankah itu hal wajar di medsos? Baiklah. Kalau ada media berita melakukan hal serupa tanpa atribusi berarti tak beda dari medsos.
Istilah ngodhok tampaknya tak lazim. Saya mengenal istilah itu waktu kecil di Salatiga, Jateng. Jadi beda daerah mungkin beda istilah. Di Salatiga pula saya tahu ada cewek ngodhok namun tak pernah naik bersama dengan gaya itu. Mereka anak kembar.
Saya dulu waktu bocah belajar naik sepeda dengan sepeda perempuan, atau pit wédok, namun setelah itu saya bisa numpak pit lanang. Memang badan saya masih kecil. Cara naik sepeda laki yang berpalang adalah dari kiri, telapak kaki kiri di atas pedal kiri, sepeda saya dorong dengan memancal tanah atau jalan beraspal, kemudian kaki kanan saya naikkan dengan mengangkatnya melewati atas roda belakang. Untuk berhenti lalu turun saya menempuh urutan sebaliknya.
Karena melihat orang-orang bule yang bertamu ke rumah saya naik sepeda dari kanan, saya pun mencobanya. Bisa. Bangga. Tetapi teman saya menganggap saya aneh.
2 Comments
Jaman kecil dulu saya sering lihat teman-teman saya naik sepeda dengan gaya ngodhok.
Kalau saya gak perlu ngodhok karena punya sepeda mini (pit mini) dan pit jengki yang palangnya rendah.
Setelah belajar naik sepeda dan lancar, ibu saya membelikan sepeda BMX warna merah.
Iya, ngodhok itu karena adanya cuma sepeda itu dalam sebuah keluarga. Tapi niat belajar itu yang bikin kita salut. 😇