Cawé-cawé politik dan rasa malu

Jangan-jangan semua itu bertolak dari krisis pekerti. Yang penting sampai tujuan, apa pun caranya.

▒ Lama baca < 1 menit

Cawé-cawé Mulyono dan Prabowo dalam Pilkada 2024

“Halah. Perkiraan Litbang Kompas ngaco. Diperkirakan partisipasi rakyat dalam pilkada akan 97 persen. Nyatanya di Jakarta cuma 58 persen, padahal tahun 2017 sampe 70 persen,” kata Tono Topi lalu terbahak-bahak.

“Elu termasuk golput, kan?” sahut Nani Pinset.

“Gua nggak dapet undangan. Mungkin dapet, tapi nyokap lupa narok di mana. Misalnya dapet undangan, gue juga nggak nyoblos. Capek ditipu politikus terutama Mulyono. Hahaha!”

“Gua di Bekasi juga,” “kata Nina.

“Sama dong,” kata Tomi Tembong, warga Tangsel.

Lalu ramai mereka membahas cawé-cawé Mulyono dan Prabowo untuk menyetir Pilkada 2024. Di Banten, serangan fajar Airin dihambat aparat, tapi langkah serupa kubu Andra Soni seperti dibiarkan. “Itu manuver Bowo,” kata Tomi.

Di Jakarta, operasi kubu Mulyono lebih ganas. Tak dinyana, perolehan si bontot Dharma-Kun dapat 10 persen lebih. Padahal sebelumnya diperkirakan bakal dapat 3—4 persen.

“Artinya si bontot berhasil mecah suara, menggerogoti Pram-Dul, dengan target dua putaran. Anehnya, tambahan suara datang dari kantong pendukung Ahok. Percuma kubu Ahok join ama anak Abah,” timpal Tono.

“Kalo dua putaran, modal Pram udah abis. Padahal entar orang mikir nyoblos siapa setelah pegang kertas tuh nggak ada lagi,” kata Nina.

Bersahutan mereka membahas kemenangan Mulyono di Pilgub Jateng, Pilwalkot Solo, Pilbup Boyolali, dan Pilbup Sragen. Kandang banteng seperti mau rubuh.

Pola cawé-cawé Mulyono dan Prabowo serupa: memanfaatkan instrumen negara, menekan ASN dan pebisnis, mengganti pejabat, dan seterusnya.

Tiba-tiba Nina menoleh ke Kamso yang duduk di kursi ayun sambil makan kacang, “Gimana Oom?”

Kamso menyambut, “Saya nggak tau di Indonesia ini rasa malu mahal atau murah. Nyatanya orang cuek nyerobot antrean, nyogok apa saja, beli SIM, pake joki untuk S2 dan S3, dapet gelar profesor secara nggak wajar, nyewa joki buat maraton dan naik gunung, memperalat MK, nyetir pilpres sama pilkada. Kalo nggak ada demo gede-gedean, DPR pasti merevisi UU Pilkada, nah lalu…”

Tomi memotong, “Udah, stop! Cukup, Oom! Entar saya jadi pesimis. Maaf lho, Oom.”

¬ Gambar praolah: Setkab

Tinggalkan Balasan