Seperti apa wajah Helena Lim? Banyak orang, terutama penggunaan medis sosial, sudah tahu. Namun berita tuntutan jaksa terhadap selebgram berusia 48 tahun itu, dalam sidang korupsi pengelolaan timah dan pencucian uang, di Pengadilan Tipikor Jakarta (Kamis, 5/12/2024), memunculkan kerepotan bagi media berita.
Kerepotan yang saya maksudkan adalah menampilkan wajah Helena selama sidang. Dia bermasker. Ini hal lumrah. Apalagi posisi wartawan di belakang terdakwa. Hal ini berlaku untuk terdakwa lain.
Peradilan Indonesia berbeda dari Amerika Serikat, karena di sini media boleh memotret terdakwa. Di Amrik, media memanfaatkan jasa penggambar sketsa. Tetapi apakah setiap media di Indonesia dapat menampilkan foto berita yang memuaskan?
Lihatlah foto di atas paragraf ini di koran Kompas (Jumat, 6/12/2024). Dua per tiga wajah Helena, yang tak bermasker, tertutup rambut. Nyeni sih, tetapi lebih tepat jika ini berlaku untuk wajah yang sangat dikenal luas. Apakah wajah Helena termasuk dikenal luas jika dibandingkan politisi top dan aktris tersohor?
Foto dalam koran Kompas itu adalah foto tunggal, sebagai berita koran dia terbit telat sehari. Namun sebagai galeri berisi tujuh foto sidang, dalam web dan aplikasi, wajah Helena juga tak lengkap. Meskipun demikian ada foto menarik dalam sidang: ekspresi hakim menatap Helena.
Lalu lihatlah foto Helena dalam berita sidang kemarin di sejumlah media. Ada yang memang berupa foto berita sesuai isi berita, yakni sidang hari itu, ada yang merupakan foto arsip.
Dari mana kita tahu bahwa itu foto berita sidang? Pertama, dari kapsi foto yang lengkap, memuat 5W+1H. Kedua, dari membandingkan baju Helena dengan foto lain. Baju Helena kemarin adalah baju denim, atau mungkin chambray, biru muda, polos, bukan bermotif garis.
Sew
Pentingkah keterangan dalam foto berita? Ya. Itu bedanya dari foto arsip untuk ilustrasi yang dalam media asing disebut photo file, kadang disertai keterangan waktu.
Pentingkah hal macam itu bagi redaksi media di Indonesia, termasuk dalam atribusi karya, dalam hal ini kredit foto? Anda yang menyimpulkan dengan melihat cara pemberitaan mereka selama ini.
Lalu pentingkah hal macam itu bagi konsumen informasi eh pembaca media? Anda yang lebih tahu.
Namun ada lelucon di kalangan media daring, hal yang disebut penting dalam foto berita itu tidak menambah trafik, lagi pula pembaca tak peduli. Foto dengan kredit jelas dan foto asal embat dari media lain sama nilainya.
Semoga guyon tadi salah karena Anda tak sepakat.