Terlepas dari desakan publik dan Prabowo Subianto, nyatanya Ustaz Miftah Maulana Habiburrahman sudah meminta maaf kepada Sunhaji. Lalu? Mari kita berkaca diri.
Ketika Gus Miftah melontarkan hinaan orang di sebelahnya ada yang terpingkal-pingkal, yang lain tertawa biasa atau hanya tersenyum. Banyak hadirin tertawa. Sementara wajah Sunhaji memancarkan ketidaknyamanan.
Seorang penjual Es Teh hanya bisa terdiam ketika diolok-olok oleh seorang Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Gus Miftah kembali menjadi sorotan saat mengisi sebuah pengajian Magelang Bersholawat Bersama Gus Miftah Habiburrohman, Gus… pic.twitter.com/5eUf6KlbsR
— inilahcom (@inilahdotcom) December 3, 2024
Lalu coba tengok film mafia. Kalau bos melucu, anak buah tertawa. Padahal belum tentu lucu. Lihat pula Kim Jong-un mentertawakan sesuatu. Orang-orang di sekitarnya mengikuti.
Dulu saya punya dosen galak, mengajar bahasa Inggris. Sebagai dosen killer dia seenaknya mengatai mahasiswa. Setelah dia tertawa, sebagian isi kelas ikut tertawa. Saya yang tak paham humornya suatu kali duduk di barisan kedua, lalu setelah dia melucu dia menatap saya, “Kenapa nggak ketawa?”
Dalam pergaulan, apalagi pada masa muda kita, selalu ada seseorang yang sebenarnya punya bakat komedian namun sayang disertai bibit buruk suka merundung orang. Ada saja bahan untuk mencela. Sebagian dari reriungan yang ikut tartawa, apalagi ikut membumbui, adalah orang yang sebenarnya bersyukur karena tidak menjadi sasaran.
Selera humor kita mungkin memang begitu. Lihat saja acara lawak oleh kelompok, terutama dulu, selalu ada lontaran merendahkan lawan bincang. Saya pernah mencontohkan, pemandu acara pun ada yang suka begitu (¬ arsip: Will Smith versus Chris Rock). Tulisan itu tentang jago ngenyèk, bahkan kita pun (pernah) menjadi sosok itu, termasuk saya.
Pola nir adab Utusan Ta’im Miftah yg biasa ngomong goblok tapi ngaku khilaf hingga ditegur Seskab Mayor Teddy yg layak di pecat :
Klo jelek jadi sinden
Klo cantik jadi lontepic.twitter.com/YmAmSrSsy3— 💫 it’s me Joe …🌿 (@joe_pride888) December 5, 2024
Dalam kasus Miftah, kita bisa menjadi bagian dari penikmat kekejaman atas nama seloroh karena bukan kita yang terkena. Seperti ada katup sadistis yang terbuka dari dalam diri kita, yaitu perasaan bahagia saat merendahkan bahkan menistakan seseorang yang tak bersalah, padahal bukan dia yang memulai lalu mendapatkan balasan. Misalnya Sunhaji si penjaja es teh.
Penekun studi perilaku dapat menjelaskan gejala ini.
¬ Ilustrasi dihasilkan oleh kecerdasan artifisial
4 Comments
Utusan khusus ini fungsinya apa sih yak? Semacam pemengaruh gitu?
Gak jelas. Eh jelas ding, diutus sesuai bidang. Tapi ternyata… 🙈
Dan, dulu, Jokowi adalah kita….
Ya betul.
Bersikap mandiri itu sulit 🙏😇