Hammock dan kliyengan sepeda lalu sampan

Saat air laut sedang pasang, menggenangi pesisir, dia berleha-leha di atas ranjang ayun. Aneh.

▒ Lama baca < 1 menit

Bersantai di atas hammock padahal air laut sedang pasang

Foto tunggal di halaman koran ini membuat saya terkesan. Seorang santai tiduran di atas ranjang ayun, padahal di bawahnya air. Bunyi kapsi foto Kompas ini:

Wisatawan lokal menikmati ayunan dan sepoi angin laut di Pantai Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (1/12/2024). Meski rob menerjang, warga tetap datang untuk menikmati suasana pantai. Pengunjung pada hari libur hanya ditarik tiket Rp 2.000 per orang dan parkir motor Rp 5.000. Rob menerjang Pantai Marunda sejak 14 November 2024.

Hammock saya kenal, dalam arti menggunakannya, pada 1980-an di Yogyakarta. Saat itu belum banyak yang menjual hammock, kecuali toko peralatan outdoor, dan itu pun tak semua toko punya. Versi yang saya punya dari jalinan tampar plastik, hasil kerajinan tangan pengungsi Vietnam di Pulau Galang, Kepri.

Nikmat tiduran di atas ranjang ayun yang saya ikat pada pohon rambutan dan pohon kelapa. Saya sampai tertidur. Namun setelah turun dari ranjang, saya menjadi kliyengan. Pada kesempatan ketiga rasa itu tak muncul lagi.

Rasa kliyengan itu serupa saat bocah belajar naik sepeda. Setelah turun dari sepeda ada rasa pusing sedikit, namun tak sampai terjatuh, padahal keseimbangan badan terganggu.

Ketika pertama kali saya naik sampan di laut, juga ngliyeng setelah sampai naik ke darat, padahal selama di atas biduk saya tak mengalami rasa itu. Ahli saraf dapat menjelaskan hal ini, dan pada setiap orang beda efek.

Apakah Anda juga pernah merasakan hal itu setelah pertama kali naik ranjang ayun, belajar sepeda, dan naik perahu?

Bersantai di atas hammock padahal air laut sedang pasang

Hammock di Taman Langsat, Kebayoran Baru, Jaksel

Tinggalkan Balasan