Judul berita utama (headline) koran Kompas hari ini, sehari setelah Pilkada 2024, adalah “Indonesia Kian Matang Berdemokrasi“.
Alasan redaksi dalam paragraf pertama, setelah menyimpulkan wawancara dengan sejumlah narasumber, termasuk Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mochammad Afifuddin dan Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno, adalah:
“Penyelenggaraan Pilkada 2024 secara umum berjalan tertib, lancar, dan damai kendati baru pertama kali digelar secara serentak di seluruh daerah di Indonesia.”
Masih dalam paragraf yang sama, redaksi menyimpulkan:
“Ini menunjukkan kian matangnya rakyat dalam berdemokrasi.”
Baiklah ini soal bahasa. Jika Anda setelah mengenakan kemeja batik dikomentari istri atau pacar, “Mas jadi ganteng”, mungkin Anda kurang suka. Tetapi jika Anda dikomentari, “Mas tambah ganteng”, pasti senang. Dan Anda akan bahagia jika disebut, “Mas tuh ganteng.” Ada nilai tetap.
Tambah, makin, kian, itu pilihan kata untuk menunjukkan peningkatan dari capaian atau posisi sebelumnya. Seperti halnya makin cantik, tambah pintar, dan kian tajir. Tambah pandir? Ini juga peningkatan, namun mundur dalam garis linier, dan dapat terpetakan dalam diagram kartesius, berupa koordinat sumbu x dan y, yang dipelopori René Descartes (1596—1650).
Kalau “kian matang berdemokrasi”? Mari memetik mangga matang di pohon, semoga tidak keduluan codot.
Oh ya, pemilihan legislatif di Korea Utara juga tertib, lancar, dan damai. Tingkat partisipasi rakyat 100 persen. Coba baca BBC Indonesia (2019). Berarti demokrasi di sana sudah matang, final pula.
2 Comments
Sungguh hehehe… :))
Memang 😂😂😂👏👏👏