Cantik butuh biaya

Biaya kecantikan wanita Indonesia per bulan Rp300 ribu. Lipstik cewek yang dibelikan pacar akan kembali ke cowoknya.

▒ Lama baca 2 menit

Kaca toko kosmetik dandan Puri Gading, Jatiasih, Kobek

Dari luar kaca toko kosmetik itu saya jepret tulisan besar promosional pada rak. Sayang saya tak dapat memanfaatkan tawaran, untuk makeup maupun terlebih-lebih hairdo.

Saya membatin, meskipun ekonomi masyarakat dibilang berjalan pelan, apalagi PPN nanti naik, orang tetap butuh bersolek. Misalnya saldo harus dijaga ketat, orang akany menurunkan standar diri dalam konsumsi, dan bagusnya pasar memberi banyak alternatif kosmetik.

Perawatan diri bukan cuma urusan perempuan karena pria juga, terutama pria muda. Bahkan dulu ramai, dalam biaya hidup buruh termasuk deodoran. Kini kadang terbaui aroma wangi kala berpapasan dengan tukang ojek pria yang baru berangkat — dan sudah mandi, jaketnya bersih.

Sebelum pandemi lalu, bapak-bapak generasi tua berlagak heran, karena setiap pagi di wastafel kantor ada saja cowok milenial dan generasi Z membasuh muka dengan memelototi tube.

Seorang bapak dengan guyon khas wong tuwèk menanya seorang cowok yang wajahnya tercolek krim putih dari jari, “Lho kamu main wayang orang, Dul?”

Cowok yang ditanya dengan enteng menjawab, “Halah, anaknya Pak Dedi juga gini, kan?”

Generasi Pak Dedi pada masa mudanya pura-pura tidak tahu bahwa kecantikan butuh biaya. Sehingga setiap kali melihat cewek glow up akan berbisik ke kawan sekaum, “Biaya maintenance mahal.”

Generasi si Dul lebih realistis karena cowok pun butuh biaya untuk menghilangkan komedo dan merawat jambul. Cewek generasi istri Pak Dul dulu tak perlu ke salon untuk membasmi bulu menjelang berlibur ke Bali atau Labuan Bajo — tetapi tempat yang kedua itu dulu belum populer.

Cantik butuh biaya. Sejak dulu. Terutama setelah masyarakat mengenal ekonomi pasar. Ketika semua bahan perawatan tubuh cukup dicari di kebun dan hutan maka tak banyak butuh biaya.

Januari 2024, Swa mengutip MarkPlus dan Zap Beauty Index, bahwa dalam sebulan 71,4 persen wanita Indonesia yang berusia 15—65 tahun merogoh Rp300.000 untuk perawatan kulit. Adapun 28,6 persen dalam sebulan menghabiskan Rp500.000.

Sedangkan menurut Kompas (14/10/2024), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan pada 2021 jumlah perusahaan yang bergerak di industri kecantikan mencapai 819 unit. Pada Juli 2022, angka itu menjadi 913 unit, tumbuh 20,6 persen. Tren positif ini didominasi usaha kecil dan menengah (UKM), dengan proporsi 83 persen.

Lantas menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, nilai pasar kosmetik di Indonesia pada 2021 mencapai 6,3 miliar dollar AS (Rp98,34 triliun) dengan kurs Rp 15.609 per dollar AS. Saat ini, 2024, nilainya sekitar Rp140 triliun per tahun.

Inti kata, cantik menggerakkan perekonomian. Namun generasi Pak Dedi dan yang lebih sepuh, karena mengirit dan merasa sebagai konsumen cerdas, punya guyon bahwa hadiah paling hemat untuk pacar adalah lipstik, karena nanti akan kembali kepada si cowok.

Padahal belum tentu, kan? Siapa tahu ada insiden romantis dengan cowok lain.

Tinggalkan Balasan