“Pajak itu masalahnya adalah bagaimana kita efisien mengumpulkan pajak itu. Bukan naikin pajak setinggi-tingginya. Nanti, kalau dinaikin, orang pada males kerja dan memilih pindah ke negara lain.”
¬ Prabowo Subianto saat masih capres, 29 Januari 2024
Jumlah kelereng saya kemarin 11 butir. Hari ini jumlah kelereng saya 12 butir. Maka pertambahan kelereng saya adalah 1 butir. Adapun persentase pertambahan kelereng saya adalah 9,09 persen.
Pemahaman matematis saya mungkin kacau. Mohon Anda maafkan karena untuk soal itu saya kepayahan. Bahkan nilai matematika saya dalam ijazah SD amatlah memalukan (¬ lihat arsip).
Sebelas persen dan dua belas persen pajak pertambahan nilai (PPN) saya lihat sebagai besaran nilai. Maka cara menghitung persentase saya seperti menghitung jumlah kelereng.
Di luar urusan kelereng, banyak laporan menyebutkan daya beli kelas menengah tanggung saat ini melemah. Di sisi lain penerimaan negara harus didongkrak, termasuk dari pajak, agar APBN sehat.
Tetapi pikiran awam mungkin berbeda. Kalau daya beli menurun akan mengurangi konsumsi masyarakat, lantas pengusaha pun sulit menjual produk. Kalau konsumsi turun, perolehan PPN di bawah target. Begitukah?
Saya merasa asumsi itu kurang jelas namun tak tahu bagaimana yang jelas. Biarlah orang yang paham ekonomi yang menjelaskan pertumbuhan produk domestik bruto, yang di dalamnya disumbang oleh konsumsi masyarakat, belanja negara, investasi, dan selisih ekspor impor. Kalau tidak salah begitu.
Nah, berapa persentase sumbangan konsumsi yang layak, lagi-lagi saya tak paham. Asumsi awam, kalau persentase konsumsi turun ya harus ditambal oleh pos lain. Mungkin lho.
Ilmu ekonomi memang rumit. Yang seolah simpel padahal berakibat rumit adalah kita harus puasa ini dan itu dalam membeli, tanpa buka dan sahur terjadwal, tetapi kalau berkepanjangan bisa sakit.
Maka untuk menghemat tagihan listrik jangan menyalakan AC, cukup ote-ote hanya koloran. Tetapi itu hanya bisa untuk pria. Padahal bisa menghemat sabun cuci atau biaya laundry.
3 Comments
Enggak adil, ya : hanya pria yang bisa bebas ote-ote, sedangkan wanita tidak….
Adil tak adil dalam kasus ini sulit 🙏
Tapi ada kelompok masyarakat yang begitu kan?
👍🙏