Es batu dan janji bupati

Ciri khas bisnis es balok: esnya ditaruh di luar rumah agen, ditumpuk di halaman kotor.

▒ Lama baca < 1 menit

Bisnis es batu di jalan raya Kecapi, Jatiwarna, Pondokmelati, Kobek

Salah satu geliat pagi yang baru saya sadari adalah penyediaan dan penyaluran es batu. Rutin. Sebelum pukul enam. Padahal belum semua warung buka.

Beberapa hari lalu, pukul lima lebih sepuluh, di Jalan Raya Kecapi, Jatiwarna, Pondokmelati, Kobek, saya melihat seorang pemotor menurunkan dua kantong es batu, lalu dia meletakkannya di teras sebuah warung yang masih tutup, kemudian pergi.

Di titik yang lain, pada jalan yang sama, saya melihat seorang pria memotong es batu di depan tumpukan es balok. Oh, rupanya di situ agen es batu, berupa balok maupun butiran silinder dan serutan.

Balok es batu jualan itu diletakkan begitu saja di atas bidang kotor bersemen. Padahal es itu untuk minuman. Konsumennya termasuk saya dan Anda.

Bisnis es batu di jalan raya Kecapi, Jatiwarna, Pondokmelati, Kobek

Bisnis es batu di jalan raya Kecapi, Jatiwarna, Pondokmelati, Kobek

Melihat aktivitas pagi hari dalam urusan es batu saya membatin pasti pengedropan es batu dilakukan pagi gelap, bahkan sebelum subuh. Namun dugaan saya salah. Ternyata tadi malam saya lihat es batu didrop dari truk sekitar pukul tujuh.

Berarti es batu itu menginap? Eh, bingung saya. Apakah esnya tak mencair esok paginya? Tetapi jika es batu itu untuk warung yang buka malam, bukannya warung sudah mengambil sorenya? Dulu warung angkringan malam di kantor saya dikirimi es batu pukul empat sore.

Saya tak tahu apakah setiap pemkot dan pemkab punya data produksi es batu dari pabrik-pabrik di wilayahnya, lalu dari mana sumber airnya. Untuk produksi tahu tempe setahu saya ada datanya, mungkin karena ada koperasinya dan menyangkut pembelian kedelai impor. Namun untuk es batu entahlah.

Bisnis es batu di jalan raya Kecapi, Jatiwarna, Pondokmelati, Kobek

Ingat kabupaten ingat bupati dan cerita teman saya, Ricky Dajoh, abad lalu. Pada masa Orde Baru belum ada pilkada. Wali kota dan bupati didrop dari atas melalui pengesahan DPRD. Rakyat dapat kucing dalam karung.

Suatu kali seorang bupati baru berpidato di lapangan kecamatan, menjanjikan pembangunan. “Kita akan bangun macam-macam pabrik untuk menyerap tenaga kerja,” katanya. Rakyat bersorak.

Bisnis es batu di jalan raya Kecapi, Jatiwarna, Pondokmelati, Kobek

“Kita bikin pabrik pakan ternak, pabrik makanan kaleng, pabrik kertas, sampai pabrik tektil. Ya, pabrik tektil, saudara-saudara! Tektil!”

Ajudannya menggamit dan berbisik, “Kurang ‘s’, Pak.”

Pak Bupati segera mengoreksi ucapannya, “Kita akan bikin pabrik es, saudara-saudara! Pabrik es!”

Lawas, kan? Ya, khas humor bapak-bapak yang dibesarkan di bawah Orde Soeharto untuk meledek pejabat bodoh.

Tinggalkan Balasan