Bagi saya, foto Antara Foto yang dimuat koran Kompas ini sangat nyeni. Setela membaca kapsi foto berita, saya baru paham ini festival seni rakyat, termasuk baru, karena 24 tahun lalu setahu saya tidak ada. Teks kapsi:
Warga membawa replika binatang purbakala yang dibuat dari jerami saat mengikuti Kirab Festival Jerami Purba di desa Krikilan, Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, Sabtu (16/11/2024). Kirab yang menampilkan replika binatang purbakala dari jerami tersebut bertujuan untuk edukasi sejarah peninggalan zaman purbakala sekaligus upaya untuk mengenalkan potensi wisata di kawasan Situs Purba Sangiran yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia.
Teks kapsi Antara dan Kompas sama bunyinya. Biasanya media pelanggan foto Antara Foto juga memasang kapsi yang sama. Kenapa? Lebih praktis. Dalam setiap foto Antara Foto (nama agensinya memang itu) ada data EXIF dan kapsi. CMS redaksi yang genah langsung dapat menyisipkan foto sesuai langgam visual setiap media, sejak pengecilan ukuran untuk versi web dan aplikasi berita, berikut krop untuk gambar andalan, hingga kapsi.
Sempat muncul pikiran usil saya. Foto ini, tepatnya acara ini, bisa menjadi pameran seni kontemporer yang melibatkan publik di alam terbuka, jika ada kurator, publisis, dan tim kreatif yang andal termasuk komunikasi di media sosial. Tanpa itu ya cuma jadi acara seni desa. Juga, kalau setiap tahun isi pamerannya sama akan dianggap bukan pameran seni kontemporer.
Pikiran ngaco dan sotoy itu mendapatkan peneguhan setelah membaca dua arsip berita Kompas tentang seni jerami di Grobogan, Jateng (2018). Foto-fotonya kurang menarik. Namun dalam arsip berita sejenis di Banjarnegara, Jateng (2022) foto-fotonya lebih bagus.
Lalu seni rupa kontemporer itu apa? Karena hanya sok tau maka saya tidak dapat menjelaskan. Maaf.