“Hatiku tercabik-cabik ketika seseorang menancapkan paku di pohon. Cairan yang keluar dari pohon ini laksana darah. Dan pohon itu terluka. Darahnya terkontaminasi. Kemudian kayu itu membusuk dan perlahan pohon itu mati.”
Itulah kata Wahid Sardar, warga Bangladesh penyelamat pohon dalam video Deutsche Welle Indonesia. Saat video dibuat (2022), dia telah mencabuti 450 kilogram paku dari 10.000 pohon.
Kita tahu, saat ini ada saja pohon yang dipaku untuk menempelkan poster dan spanduk kampanye Pilkada 2024. Sebelum pilkada, paku untuk memasang gambar juga terjadi dalam Pileg 2024 dan Pilpres 2024, dan sebelumnya lagi adalah aneka iklan sejak bimbel, pijat, gurah, hingga kambing akikah.
Karat paku yang menancap pada pohon melukai kambium, sehingga mengganggu pertumbuhan jaringan pada pohon karena distribusi gizi terkendala. Luka itu juga ramah terhadap bakteri dan patogen lainnya, dan ketika luka menyebar dapat mengakibatkan pembusukan batang pohon. Lalu pohon yang membutuhkan puluhan tahun lebih untuk besar dan tegak, bahkan ada yang tanpa perawatan oleh manusia, itu akhirnya mati.
Lebih mudah melenyapkan pohon, yang memberikan oksigen dan keteduhan, pun makanan bagi kita, daripada menanam dan menumbuhkannya. Para kandidat kepala daerah tahu. Apalagi mereka yang sampai memasang gelar akademis dobel dalam namanya.
Maaf, video dari kantor berita Prancis AFP tak dapat tertata g di laman ini, silakan langsung ke YouTube.