“Barang bukti duit kes Rp301 miliar kemarin nggak ada artinya. Lagian yang jadi tersangkut kan korporasi, Duta Palma Group. Nggak layak berita, masih kalah sama duit kes Zarof Ricar yang Rp920 miliar sama 51 kilo emas,” kata Richard Velg.
“Duit tunai yang jumlahnya gede, itu ciri khas korupsi,” sergah Dullah Spidol.
“Soalnya nggak bisa dikirim via Gopay,” sahut Martini Anggur.
Obrolan di teras warung kopi murmer tapi ada kopi seduh bukan sasetan itu riuh membahas korupsi. Kamso hanya mendengarkan sambil menikmati teh hangat dengan perasan jeruk nipis.
Lantas Eko Unlock mengusulkan, “Mestinya ada naturalisasi penegak hukum. Kita impor dari luar. Dikasih imbalan bagus. Ada polisi, jaksa, hakim, gitu…”
Diskusi makin riuh. Bercabang ke mana-mana karena mereka tahu itu tak mungkin. Persoalannya berbeda dari pemain sepak bola.
“Bisa-bisa para penegak hukum mogok nasional, padahal baru wacana. Di mana-mana rakyat demo membela kedaulatan dan martabat Indonesia,” celetuk Dullah.
“Gimana menurut Oom Kam?” tanya Martini.
“Orang stres dan putus asa sering membayangkan solusi utopis. Nggak soal, itu pertanda kreatif,” jawab Kamso.
2 Comments
Naturalisasi polisi dari Singapura dan hakim dari Korut. Barangkali ada :D
Sekalian naturalization pemimpin di sana berikut gaya rambutnya 🙈