Di mana Anda membayar listrik?

Online banking, lalu gerbang pembayaran dalam platform ponsel, telah mengenyahkan loket PLN yang kini dikelilingi semak.

β–’ Lama baca < 1 menit

Warisan masa lalu: tempat pembayaran listrik di Jalan Raya Hankam Kobek

Lahan itu mulanya saya sangka kebun yang kurang termanfaatkan optimal. Namun ternyata ada papan nama tinggalan abad lalu, bertuliskan “tempat pembayaran rekening listrik No. 40”.

Setelah melihat di sana ada bak truk mangkrak berlogo PLN maka sadarlah saya, itu area gardu gardu dan gudang PLN. Lokasinya di Jalan Raya Hankam, Ujungaspal, Jatimurni, Kobek, Jabar. Setelah Anda keluar dari pintu keluar tol Jatiwarna JORR lalu belok kanan ke arah Cibubur, papan nama ini ada di kanan jalan, setelah pertigaan menuju ke Rumah Perubahan milk Rhenald Kasali.

Warisan masa lalu: tempat pembayaran listrik di Jalan Raya Hankam Kobek

Di kebun berpapan nama itu ada sebuah rumah yang dulu difungsikan sebagai loket pembayaran tagihan listrik PLN. Kini setelah pembayaran rekening dan token listrik bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, saya pun membatin kapan terakhir kali loket ini berfungsi?

Sekarang dengan ponsel semuanya mudah, tersedia aneka aplikasi pembayaran, termasuk untuk PLN. Misalnya pun tanpa ponsel, minimarket dan warung inkaso siap melayani.

Mungkin Anda ingat, sebelum ada perbankan daring dan kemudian ponsel cerdas yang bisa untuk jual beli, di mana dan dengan cara apakah Anda, atau keluarga Anda, membayar listrik?

8 Comments

Widodolestari Selasa 12 November 2024 ~ 03.55 Reply

Inkaso. Sebuah kata yang 40 tahun lalu masuk ke benak melalui buku Tata Buku. Tapi sampai sekarang, gak ngerti arti sebenarnya kata inkaso. Juga yang ada di tulisan ini. Mohon pencerahan.

Pemilik Blog Selasa 12 November 2024 ~ 06.57 Reply

Iya dulu di tata buku ada. Inkaso dari bahasa Belanda, incasso. Artinya penagihan kpd tertagih, berdsa warkat atau surat utang, melalui pihak lain.

Zaman dulu juga ada hitung dagang. Bersama tata buku dan matematika, nilai saya jeblok πŸ™ˆ

Nohirara Swadayana Kamis 7 November 2024 ~ 22.44 Reply

Kasusnya saya malah agak terbalik, dahulu keluarga saya mengandalkan pembayaran kolektif yang diselenggarakan oleh perwakilan RT.

Lambat laun, berhubung perwakilan tersebut menyatakan pensiun, kami harus membayar PLN secara langsung melalui loket yang telah ditentukan. Berhubung tempatnya tidak begitu jauh, jadi kami tidak sebegitu menggerutunya.

Kalau sekarang, saya mengandalkan aplikasi perbankan untuk membayar semua tagihan rumah tangga (termasuk salah satunya PLN).

Pemilik Blog Jumat 8 November 2024 ~ 09.29 Reply

Ya begitulah kemajuan teknologi. Dulu pada awal internet, pakai desktop, banyak orang tak membayangkan selain untuk chatting, milis, dan forum itu internet akan bisa apa saja.

Mobil internet pada ponsel mengubah banyak hal namun kita kadang menjalaninya secara alami dan instingtif secara cincai. πŸ˜‡

Junianto Kamis 7 November 2024 ~ 21.08 Reply

Dahulu kala membayar ke loket sebuah koperasi, di sebuah kantor kecamatan yang bukan kecamatan saya berdiam. Sering antre lama.

Lalu, muncul cara kolektif seperti disinggung Paman dan Sandalian.

Belakangan lewat “loket pembayaran online” yang kebetulan pemiliknya adalah salah seorang adik saya. Kini, sejak beberapa tahun lalu, pakai m-banking BCA.

Pemilik Blog Jumat 8 November 2024 ~ 09.25 Reply

Evolusi eh bahkan revolusi digital ini tak terasa. Gen Z tak mengalami, bahkan generasi milenial di atasnya membayar uang kuliah tanpa mengantre di kasir bank.

Suatu kali saat pembangunan jalan layang becak ayu di Kalimalang, bekgo memutus jaringan kabel optik. Akibatnya internet di sekitarnya mati. Loket online pada rugi. Namun mereka tidak bisa mundur ke era loket manual ala jadul.

sandalian Kamis 7 November 2024 ~ 14.45 Reply

Di kampung dulu awalnya bayar listrik di kantor PLN, sekitar 3-4 km dari rumah. Setelah itu ada pembayaran kolektif di salah satu rumah warga, entah bagaimana prosedurnya.

Kalau sekarang banyak agen PPOB, bayar-bayar apapun jadi lebih mudah.

Pemilik Blog Kamis 7 November 2024 ~ 16.35 Reply

Di rumah tetangga saya ada loket inkaso untuk melayani aneka tagihan. Dia dapat komisi. Bekerja secara daring. Tetapi dulu ketika ISP ngadat seminggu lebih, dia rugi besar, gak bisa kerja.

Sebelum ATM bisa untuk bayar listrik, saya bayar di loket inkaso sebuah rumah sejauh 2,5 km, antre lama, akhirnya saya milih bayar telat di kantor PLN, gak perlu antre. Didenda biar. Petugas loket heran.

Beberapa orang di tempat lain membayar kolektif, maksud saya ada satu warga yang membawa sekian lembar tagihan tetangganya, untuk mengantre dan membayar.

Pokoknya tanpa internet, soal beginian tidak praktis nggih πŸ˜‡

Setelah ada online banking, saya bayar dari PC, karena hape pintar belum ada.

Sebelum ada online banking, bayar tagihan Telkomsel dan CC Citibank di kasir BNI dan Panin. Jian wagu saΓ¨stu πŸ™ˆπŸ™ˆπŸ™ˆ

Tinggalkan Balasan