Gerak’an solidaritas sukarelawan menuju 2029

Kalau sukarelawan politik terus berbiak secara masif, jangan-jangan kelak di setiap rumah warga ada sukarelawannya.

▒ Lama baca < 1 menit

Presiden Prabowo Subianto dan wakilnya

Prabowo Subianto membentuk Gerakan Solidaritas Nasional (GSN), sebagai kelanjutan TKN Prabowo-Gibran untuk Pilpres 2024.

Kata Prabowo dalam deklarasi gerakan di Jakarta pekan lalu, acara itu bersifat sosial, bukan politik. Namun acara tersebut sekalian mengumpulkan sukarelawan dan para tokoh pendukung dalam Pilpres 2024, serta tokoh yang dalam pemilu kemarin tak terang-terangan mendukung Prabowo.

GSN, yang diketuai Rosan Roeslani, dibentuk untuk membantu pemerintah melayani masyarakat. Mengherankan karena pemerintah didukung kabinet tambun dan birokrasi besar, namun rupanya masih kurang. Padahal mobilisasi membutuhkan sumber daya, dan untuk biaya tentu tak mungkin dari APBN.

Meskipun demikian aneh juga, untuk acara deklarasi tersebut laman situs Kementerian PANRB memuat berita Menteri Rini Widyantini menghadiri acara tersebut.

Kalau GSN memang demi Pilpres 2029, agar Prabowo menjadi presiden untuk periode kedua, bagaimana dengan wakilnya sekarang? Dia akan tetap masuk paket, meneruskan naik mobil lama, atau malah akan berjuang sendiri untuk menjadi capres? Ibarat kata akankah dia pindah dari Maung ke Esemka? Jika terjadi, entah bagaimana perubahan peta sukarelawan.

Gerakan sukarelawan yang besar, untuk dua kali pilpres setelah menang, ini serupa cara presiden sebelumnya, antara lain berupa Projo. Relawan menjadi mesin politik yang diperhitungkan, terpisah dari partai maupun secara aspiratif senapas dengan partai pendukung capres, termasuk capres petahana nanti.

Maka kini sebagai mesin politik, Projo pun akan membantu Ridwan Kamil untuk memenangi Pilgub Jakarta. Tentu ada yang mengomando. Dalam skala lebih kecil, sukarelawan pendukung bekas capres Ganjar Pranowo di Jateng membantu Andika Perkasa berlaga dalam pilgub.

Kalau sukarelawan politik terus berbiak secara masif, jangan-jangan kelak di setiap rumah warga ada sukarelawannya.

Jika jumlah sukarelawan dalam rumah lebih dari satu, mungkin saja para sukarelawan pada tingkat domestik itu berbeda garis komandonya, dan semoga bertemu di meja makan tanpa segregasi.

Tinggalkan Balasan