Melegalkan judi, hanya boleh untuk orang kaya

Bikin saja satu resor judi mahal di sebuah pulau. Pemerintah bisa dapat duit. Halah. Tak usah.

▒ Lama baca < 1 menit

Memajaki perjudian sama saja melegalkannya

“Memungut pajak dari judi sama aja melegalkan judi, gitu kan Mas Kam?” tanya Birawa Cucakrawa.

“Pasti,” Soni Pompa memotong. Kamso hanya tersenyum.

“Di Belanda, prostitusi dilegalkan, tapi PSK bayar pajak penghasilan,” celetuk Nini Thowok.

Maka arah obrolan pun cenderung melegalkan perjudian. Pemerintah dapat manfaat, bisa memajaki, duitnya buat pembangunan.

Karena ditanya, akhirnya Kamso menjawab, “Saya nggak setuju. Bahkan misalnya judi dibatasi, buat orang kaya saja, saya nggak sepakat.”

“Oom Kam jadi religius,” ledek Nini.

“Hahaha! Bukan gitu, Jeng. Kalo judi dilegalkan, bahkan dengan pembatasan untuk orang kaya, bakal ada buntut kayak dulu, lalu yang lebih rumit ya judol di web dan aplikasi di hape tambah parah. Selalu ada jalan memutar untuk mengakses itu. Ibu rumah tangga miskin, seperti zaman buntut SDSB, pasang nomor pake uang belanja dapur demi sebuah peluang supertipis dapat rezeki. Saya nggak tau apa sekarang ada bandar togel kelas kampung buat buntut Toto Singapura,” sahut Kamso.

Lalu ramai lagi perbantahan. Mereka bukan penjudi namun setuju jika ada satu pulau untuk kasino dengan beragam opsi terjadi jekpot. Tarif di sana mahal, transportasi juga mahal, cuma buat orang berduit.

“Lha daripada penjudi kita ke Genting, Makau, atau ke Singapura atau ke Las Vegas. Pajak masuk ke pemerintah kita,” kata Nini.

Birawa dan Soni mendukung. Soni bilang, “Di Genting, warga Malaysia yang Muslim dilarang masuk. Di Indonesia bisa ditiru.”

Kamso berkukuh tak setuju, “Coba tanya Eggy Sudjana, yang waktu usia 35 mimpin demo besar menentang SDSB, 1994. Pasti dia nggak setuju. Saya juga. Selama nggak ada kepastian hukum di republik ini jangan coba-coba melegalkan judi.”

“Iya sih, tapi kalo buat orang kaya kan nggak masalah, Oom,” Nini menukas.

“Orang kaya silakan judi ke luar negeri kayak Benny Tjokro, anaknya pendiri Batik Keris, tapi merugikan Jiwa Sraya. Atau kayak si Edward, anaknya Oom Anu, yang bikin tekor keluarga konglomerat lawas itu. Kalo mereka kalah lalu ngutang, ada keluarga yang terpaksa bantu. Lha kalo orang miskin, masa minta bantuan pemerintah? Itu menyepelekan hak orang miskin lainnya yang nggak suka judi,” jawab Kamso.

“Setoran pajak golongan ekonomi lemah kok buat nolong orang kalah judi,” gerutu Deni Bakiak yang dari tadi diam.

5 Comments

Junianto Senin 4 November 2024 ~ 19.07 Reply

Oh, baru tahu, Benny Tjokro seneng judi di luar negeri.

Pemilik Blog Senin 4 November 2024 ~ 21.03 Reply

Antara lain di Makau yang pernah Lik Jun kunjungi

Junianto Selasa 5 November 2024 ~ 22.13 Reply

BTW di kampung saya adanya judi capjikia. Muncul, hilang, muncul, hilang, sekarang (sudah sejak agak lama) muncul lagi.

Dalam jaringan capjikia — selain pembeli — ada (urut dari atas) : bandar, penggiuk dan tambang.

Dahulu kala saat mase itu hendak menikah, rame kabar calon mertuanya adalah mantan penggiuk untuk bandar cap ki kia.

Mase itu sekarang dua anaknya, laki-laki dan perempuan.

Pemilik Blog Selasa 5 November 2024 ~ 22.29 Reply

1. Cap ji kia saya sering denger tapi gak tahu gimana
2. Penggiuk? Baru tahu istilah itu.

Mohon pencerahan, Lik 🙏

Eh, tambang itu apa ya?

Tinggalkan Balasan