Obrolan usai santap siang itu membahas Sindrom Stockholm. Korban penculikan, penyanderaan, dan kejahatan lain akhirnya bersimpati kepada pelaku. Bahkan mendukungnya. Reriungan itu membahas Prabowo dan aktivis terculik yang selamat. Kamso menguap terus.
Orang yang tidak atau belum diculik maupun ditangkap militer, akhirnya juga ikut Bowo. “Budiman Sujatmiko contohnya,” kata Gareng Condro.
“Kita kecewa, melebihi kecewa sama penyanyi dangdut yang dianiaya lakinya yang ganteng itu, udah kita bela eh malah baikan,” gerutu Yati Mancung.
“Beda kasus tuh,” celetuk Aris Kijang.
“Kabarnya sebelum Prabowo dilantik, orangnya dia ngasih duit semiliar buat keluarga terculik, termasuk yang ilang sampe sekarang,” kata Rudi Kulkas.
Kamso terus menguap, akhirnya melihat jam karena sudah saatnya Kamsi menjemput.
Andre Terong menegur, “Ngomong, Kam. Tambah tua kok angop terus.”
Akhirnya Kamso bicara, “Selama ini belum ada pernyataan terbuka dari semua korban dan keluarganya mengapa ada islah dengan Bapak Prabowo.”
Lalu, “Kita harus dengar alasan mereka, bagaimana prosesnya, apa imbalannya, jangan keburu mengadili dengan opini yang mirip fitnah.”
“Sudah saya duga, Saudara-saudara. Kamso bakal ngomong gitu,” sergah Yati.
“Klarifikasi mereka via apa, Kam? Siapa yang bikin?” tanya Aris.
“Ya ada media yang bikin edisi khusus dengan mereka yang berdamai sama Bapak Prabowo, misalnya Tempo. Kalo Kompas kayaknya nggak bakalan deh. Atau penulis siapa gitu, bikin buku, semuanya masuk. Bisa juga siapa gitu bikin video dokumenter lengkap, mewawancarai mereka satu per satu. Lebih sip kalo muncul di Netflix, bukan YouTube. Emang butuh waktu sih,” kata Kamso.
“Butuh waktu dan lawyers, siapa tahu ada somasi atau intimidasi entah dari siapa, juga butuh ketahanan menghadapi serangan buzzers termasuk dengan doxing dan sebangsanya,” kata Rudi.
“Intinya butuh modal nggak cuma buat modal kerja. Ya kan, Kam?”
Mata Kamso berkaca-kaca. Dia semangkin ngantuk. Menguap terus.
5 Comments
Mata saya juga berkaca-kaca, kok. Hasil dari menguap dan menahan tangis.
Perjuangan melawan lupa itu kadang memang melelahkan, butuh stamina menghadapi skeptisisme dan kejemuan.
Siapa pun presidennya, soal penculikan ini spt diserahkan kepada sang waktu sebagai penyembuh. Apalagi masa kepresidenan sekarang.
Sejak awal kasus ini cuma dipingpong oleh politikus. Kurang lebih demikian kesaksian Zumrotin dalam diskusi buku Kronik Penculikan di M Bloc sebelum Pilpres 2024.
… dan saya pun ikut angop terooooos.
Oh ha hem sum ruwah mangan angop eh apem
🤣 Mari angop (lalu maem apem) untuk Bowo.