Ingatan saya makin menurun. Saya tahu bahwa Amerika, Rusia, dan Cina memiliki sebutan sendiri untuk antariksawan. Tetapi untuk Cina saya lupa namanya. Baru tadi saat membaca berita saya ingat lagi: di Cina namanya taikonot menurut Kompas. Kalau di Amerika astronot. Di Rusia, sejak zaman Uni Soviet, namanya kosmonot.
Mana yang benar, astronot atau astronaut, kosmonot atau kosmonaut, dan taikonot atau taikonaut? KBBI memakai akhiran “naut”.
Saya cek berita lama, Kompas.id setidaknya sudah memakai taikonot pada 2021 dalam dua berita. Sedangkan CNN Indonesia pada 2019 membahas astronaut, kosmonaut, spationaut (Prancis), dan taikonaut.
Tadi pagi saat membaca taikonot saya malah teringat serial roman sejarah Taiko karya Eiji Yoshikawa (1892—1962). Dia lebih dikenal sebagai penulis Musashi. Adapun Taiko mengisahkan persaingan tiga shogun pada abad ke-16 untuk memimpin Jepang. Taiko adalah sebutan untuk beduk Jepang.
Ternyata, menurut China Radio International (CRI) Indonesia pada 2021:
“Kata ‘taikonot’ paling awal dikemukakan seorang warganegara Malaysia keturunan Tionghoa bernama Zhao Liyu pada tahun 1998, dan bersamaan dengan itu, seorang penggemar penerbangan antariksa bernama Chen Lan juga mulai menggunakan kata tersebut di internet.”
Kemudian, “Pada hari kedua sesudah kesuksesan peluncuran Shenzhou 12, pahlawan penerbangan antariksa Tiongkok Yang Liwei dalam sebuah kegiatan di Universitas Peking menyatakan bahwa ‘antariksawan Tiongkok disebut taikonot’.”
Kata taikonot dan taikonaut berasal dari bahasa Kanton yakni taikong, artinya luar angkasa.
Bahasa yang hidup selalu diperkaya. Menurut Dadang Sunendar, mantan Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam artikelnya di Kompas (“Mampukah Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Ilmu Pengetahuan?”, 28/10/2024), KBBI memiliki 120.688 entri total dan 149.276 makna total.
Maka Dadang menyimpulkan,
“Dari angka entri di atas makna per entrinya 1,162 dan contoh makna dalam KBBI baru 0,226. Artinya, masih sangat besar kemungkinan pengembangan KBBI ke depan, apalagi bila entri dan contoh per maknanya terus bertambah.”
Masalahnya, apakah dengan entri lebih dari 149.000 kata, bahasa Indonesia sudah menjelma menjadi bahasa ilmu pengetahuan?
Bagi Dadang, “Sebagai pembanding, kita bisa melihat angka sekitar 250.000 entri dalam kamus Kojien di Jepang atau lebih dari 500.000 kata dalam kamus Oxford English Dictionary.”
4 Comments
Saya sendiri baru mengetahui bahwa yang baku adalah menggunakan akhiran “-naut”, alih-alih “-not”. 😅
Saya juga sering salah kok,
Mbak.Jika menyangkut pilihan kata atau ejaan di media, inilah yang disebut gaya selingkung. Ada Prancis, ada Perancis. Ada analisis ada analisa — Tempo dulu berkukuh pada analisa.
Salam saya untuk Uda Ivan Lanin. Sudah lama kami tak bersua. 🙏
Siap! Salamnya akan saya sampaikan kepada beliau. 🙏
Catatan: silakan panggil saya “Mas” saja. 😁
Maafkanlah saya, Mas 🙏💐😇