Kabarnya harga cabai sedang murah (¬ Antara). Namun yang sering muncul dalam berita adalah cabai merah, keriting maupun rawit. Yang jarang masuk berita adalah cabai rawit hijau. Tadi saya menceplus¹ rawit hijau untuk menemani menyantap gembus goreng. Meskipun sering diejek tak bergizi, sebenarnya gembus itu bergizi juga (¬ Alodokter).
Saya bisa doyan pedas karena dibiasakan dalam pergaulan, antara lain makan di rumah pacar saat SMA. Namun pedas untuk saya hanya level yang terendah. Dengan sambal bisa. Nyeplus rawit juga bisa.
Misalnya makan bakwan, tahu, dan gorengan lain yang layak berteman dengan cabai, saya memilih menceplus dulu, utuh, baru kemudian makan. Pernah saya ceritakan, saya pernah nyeplus rawit, dulu saat menyetir mobil bertransmisi manual, di tengah kemacetan. Tiba-tiba mobil depan bergerak, maka mobil saya pun ikut maju, dengan akibat sebungkus tahu sumedang itu pun jatuh dekat pedal gas. Rawitnya pedas sekali.
Saat saya TK di Salatiga, Jateng, ada teman badung, namanya Sutejo. Dia menantang saya nyeplus cabe rawit yang harus dipetik di halaman sebuah rumah dalam area sekolah. Dengan senang hati saya tolak tantangannya dan tak peduli dia menyebut saya penakut kucrit.
Lalu dia membuktikan keberaniannya: petik, kunyah. Saya memberi semangat, “Lagi, lagi!” Dia memang pemberani. Saya lupa sudah berapa batang cabai yang dia kunyah. Lantas wajahnya memerah, matanya basah, mulutnya mengembuskan udara hoh-hah-hoh-hah seperti sedang mengulum arang membara.
Kenangan lain tentang cabai di kantor terdahulu, Kebonjeruk, Jakbar. Suatu pagi, setengah tujuh, setelah memarkir mobil di pelataran belakang, dua satpamwan di gardu kecil menawari saya tahu isi. Cabai rawitnya saya petik dari gerumbul sebelah gardu. Saya langsung petik dan nyeplus tanpa mencucinya karena yakin perut saya sedang sentosa.
¹) Maaf KBBI belum menyerap kata Jawa “ceplus”
6 Comments
Kejadian menceplus cabai lalu gorengan jatuh ini pernah saya lihat sendiri, di acara kenduri.
Seorang bapak tidak jauh dari tempat saya saya duduk, memulainya dengan menceplus cabe.
Naas, tangan yang memegang tahu pong (tahu isi) ketabrak peladen yang sedang membagikan minuman dan jatuh ke tanah :))
Harusnya minta ganti sama yang nyinom
Kemarin pagi, setelah sarapan nasi, saya beli sebungkus mihun-japjae seharga Rp 3.000 dari penjual keliling. Ada cabai rawitnya satu. Sayamakan mihun-japjae sambil nglethus/nyeplus pucukan cabai. Satu kali saja. Hanya itu yang saya berani lakukan. Lebih dari satu ceplusan, perut saya bakal bermasalah, lalu saya akan diare😁.
Wah masih ada harga Rp3.000 ya. 👍
Sebenarnya daya toleransi pedas bisa dilatih. Tapi paling bagus ya mendengar isyarat tubuh.
Nasi bungkus di wedangan Solo masih Rp 2.500. Gorengan rata-rata Rp 1.000. Di wedangan siang dekat rumah saya tahu gorengnya berharga Rp 500 — kecil, sih, ukurannya.
Tentang isyarat tubuh saya, ya itu tadi, lebih dari satu klethusan bisa bikin diare.
Orang Jawa bilang, dhuwit isih ana ajiné