Saya tak tahu sudah berapa media di Indonesia yang memasang gambar presiden dalam rupa raja dalam kartu remi. Yang saya ingat, dan saya buktikan, ada dalam sampul majalah Tempo dan majalah D&R.
Untuk majalah Tempo, gambar kartu berwajah Jokowi dengan inisial J — tentu bukan joker, karena untuk gambar bangsawan hanya ada K (king), Q (queen) dan J (jack) — ada dalam sampul edisi 1 September 2024, saat isu raja Jawa mencuat gara-gara Bahlil Lahadalia. Ikon jenis kartu berupa pohon beringin, lambang Golkar.
Sedangkan gambar kartu Soeharto muncul dalam sampul D&R edisi Maret 1998, dari arsip foto Associated Press, melaporkan jepretan dari sebuah lapak koran di Jakarta. Ikon lambang kartu adalah sekop, dengan inisial P.
Maret 1998 itu Harto masih berkuasa, namun sudah memasuki senja kala. Penolakan ada di mana-mana, demo mahasiswa terus bermunculan. Lalu Mei tahun itu, setelah muncul kerusuhan, Harto terpaksa mundur karena pendukungnya menipis. Misalnya pun ABRI terus mendukung si panglima tertinggi, kita tak tahu adakah agenda untuk melakukan revolusi tangsi yang berbuah junta militer.
Siapa di belakang majalah D&R? Para diaspora majalah Tempo pascabredel 1994. Ada diaspora yang sempat menggarap Media Indonesia edisi Minggu milik Surya Paloh, dan ada pula yang dimodali Jakob Oetama mendirikan tabloid Kontan (1996).
Tentang D&R, karena masih dalam era SIUPP¹, diaspora Tempo memanfaatkan lisensi yang merupakan kelanjutan SIT² majalah Detektif & Romantika. Tempo terbit lagi setelah reformasi.
Tabloid Detik, yang bersama Tempo dan Editor menjadi korban pemberangusan oleh Menteri Penerangan Harmoko atas perintah Harto, sempat terbit lagi dengan jenama Simponi, memanfaatkan SIT untuk koran. Namun Harmoko melalui PWI segera melarang penerbitan itu dengan dalih karena Simponi mengubah peruntukan perizinan.
Modal Detik pimpinan Erros Djarot dulu disuntik oleh Surya Paloh, mereka berkantor di bekas kantor koran milik Paloh yang dibredel beberapa tahun sebelumnya, yakni Prioritas, di Gondangdia. Kemudian redaktur Detik, Budiono Darsono dan Yayan Sopyan, bersama Abdul Rahman dan Didi Nugrahadi, mendirikan situs Detik.com yang bertahan hingga kini.
Sedangkan Editor, yang didirikan eksodus Tempo pada 1987, dengan modal awal dari Grup Panin, setelah dibredel kemudian terbit sebagai majalah Tiras.
Lalu moral cerita sampul remi ini apa? Sayang, hanya dari dua sampel saya belum dapat menyimpulkan bahwa presiden yang jadi gambar kartu berarti hampir selesai.
Dalam kasus Mulyono sudah jelas sih, karena kehendak konstitusi yang hanya membolehkan dua periode; kecuali ada amandemen lagi untuk menambah periode demi kepentingan presiden yang sedang menjabat.
¹) Surat Izin Usaha Penerbitan Pers, berlaku sejak 1984, sesuai ketentuan UU Pokok Pers 1982
²) Surat Izin Terbit, dikeluarkan oleh Deppen, harus dilengkapi surat izin cetak yang diterbitkan oleh militer
2 Comments
Diwalik, gambar Joko Widodo dadi mrengut….
😂😂😂😂😂😂😂😂😂