Judul saya di atas itu mengada-ada. Tetapi saya yakin Anda dapat membuat teks yang lebih mengena untuk mendeskripsilan video cekak di Instagram ini.
Lensa ponsel menjadi wakil sosok perekam adegan. Imajinasi kita, karena deskripsi gambar, bukan narasi auditif saat penyuntingan, membuat kita membayangkan itu perasaan si pembuat gambar.
Saya tak mencari tahu apakah video itu dalam versi asli buatan seorang cewek. Bisa saja itu buatan cowok yang kesengsem cowok lain, namun karena alam pikir konservatif dan kovensional saya kadung terbiasa dibuai fiksi hubungan hati beda kelamin, maka saya merujuk ke contoh klasik.
Saya juga tak mencari tahu apakah pembuat video ini benar-benar tak mengenal cowok yang jadi lakon tersebut, lalu membuatnya jadi seolah-olah dokementer sok privat. Tak perlu dan tak penting. Tetapi saya senang, terhibur, oleh video ringkas tersebut. Itu perasaan universal, setiap orang senang dengan perasaan cinta, dalam fiksi maupun dalam diri sendiri. Bagaimana dengan isu perlindungan privasi, itu topik lain.
Cerpen, novel, dan film akan dapat mengemasnya lebih kaya, mendalam, menghibur, bahkan menggelincirkan kita ke dalam permenungan.
Kemajuan teknologi digital, antara lain dengan fotografi dan terutama kamera video ponsel, menjadikan banyak orang terampil berkreasi tanpa banyak teori dalam buku dan kelas karena internet adalah perpustakaan besar dengan banyak contoh karya untuk ditiru.
Video humor buatan ponsel, kadang dengar slapstick, dari Indonesia, Afrika, India, dan Cina adalah contoh yang kita akrabi. Ada satu video ponsel agak panjang dari India yang belum saya temukan lagi, dengan pendekatan sinematografis merakyat, namun kualitas gambarnya buruk, tentang uber-uberan orang dan kendaraan, di perdesaan dan persawahan, seandainya itu film bisu pun tetap lucu.