Bukan hal baru namun saya tetap tertawa membaca cuitan ini di X. Saya menyimpulkannya jangan suka pamer untuk dapat pujian di media sosial, padahal di sisi lain Anda ingin menjaga kehidupan pribadi. Sulit, bukan?
Yah, inilah kehidupan sekarang setelah ada medsos. Selalu ada keinginan berbagi. Bisa informasi yang migunani, opini, maupun apa pun yang menyangkut sosok diri Anda.
โ Jessica Haley (@thejessicahaley) September 28, 2024
Beda pelantar beda perlakuan. Di Instagram orang bisa berbagi outfit of the day. Cuma mau pamer busana? Beda orang beda penilaian. Ada orang lain yang menempatkannya sebagai look book. Bisa ditiru untuk dipadupadankan. Apalagi kalau fotonya bagus, dan si pemilik akun itu cantik.
Di Facebook dan grup WhatsApp, orang bisa berbagi pose di lokasi yang diyakini keren. Begitu juga menunjukkan wajah bersama benda yang membanggakan.
Di kedua pelantar tadi juga biasa orang membagikan foto capaian anak atau cucu yang menurutnya dapat mereka banggakan.
Orang normal membutuhkan apresiasi dari orang lain. Saya sebut normal karena mereka masih memiliki kebutuhan sosial, membutuhkan orang lain, untuk meneguhkan keberadaan dirinya.
Ada sih pamer yang mendatangkan getun, yaitu diperiksa petugas pajak apalagi kalau sampai ke pengadilan. Atau, meski tak sampai menjadi urusan pidana, berakibat diri dan keluarganya menjadi bulan-bulanan nasional. Misalkan kasus jet privat.
Tentu ada ganjalan pertanyaan, mengapa keluarga orang superkaya banyak yang tak pamer di medsos? Saya menduga mereka sudah beroleh apresiasi dan peneguhan keberadaan diri bahkan dari negara karena mereka termasuk pembayar pajak pribadi terbesar. Bahkan membeli platform medsos pun bisa.
Mau pamer di media sosial?
Jangan pamerkan ini | Sanggahan |
---|---|
Perkawinan yang bahagia, rukun, mesra | Apa salahnya? Saya kan dengan pasangan sendiri, bukan pasangan orang lain |
Capaian anak maupun cucu yang membanggakan | Kalau pamer anak atau cucu orang lain nanti dikira ngeledek |
Barang mahal, bahkan mewah dan eksklusif | Beli pakai duit sendiri, atau dapat hadiah, apa salahnya? Soal halal atau tidak, itu urusan saya dengan Tuhan |
5 Comments
BTW tiga tabu di atas apa ya diugemi Paman? Kalau iya, apa alasannya? Pun kalau tidak.
Sudah ada alasannya, kan? Tiap orang berbeda kadar dan pilihan untuk pamer ๐
Saya tak pernah pamer/berbagi kebahagiaan bersama istri di medsos karena istri saya sangat tidak suka foto/videonya ada di medsos.
Saya juga tidak pernah pamer prestasi anak. Tersebab, tiga anak saya, yang semuanya sudah dewasa, biasa-biasa saja. Kadang saya bagikan keseharian dan kegembiraan mereka, dan cucu-cucu saya.
Pamer barang mahal? Ukuran mahal itu bagaimana/berapa? Kalau baju, kaus dan celana Levi’s dianggap termasuk mahal, berarti saya (dahulu) senang pamer barang mahal….
Kebutuhan setiap orang untuk pamer itu beragam banget.
Soal Levi’s, mahal atau tidak itu relatif. Kalau jin bisa sampai sepuluh tahun, ndak masalah to? ๐
Satu jin saya, Wrangler, usianya 10 atau 11 tahun, masih utuh, sering saya pakai. Dua jin Levi’s usia 10 tahun saya pensiunkan beberapa bulan lalu gara-gara sobek di bagian dengkul.
Dua jin lainnya berusia sekitar enam tahun, masih bagus-utuh, tiap hari saya pakai bergantian. Semoga masih layak pakai hingga 4 tahun mendatang๐