Sinyal itu kian kuat. Pesan para perusuh dapat diterjemahkan jangan mengkritik apalagi mengejek pemerintah, terutama presiden, plus keluarganya. Masa jabatan presiden segera kedaluwarsa, tetapi tak berarti dia lemah.
Tadi pagi orang-orang ganas menyerbu diskusi Forum Tanah Air di Jaksel, merusak dan membawa pergi perlengkapan acara (¬ Kumparan). Sebelumnya, orang-orang liar menyerang peserta aksi teatrikal Raja Jawa dalam gelaran koalisi masyarakat sipil di Jakpus, merampas perlengkapan.
Aksi itu sekaligus berisi dua peringatan dari mereka. Pertama: kami tidak diam. Kedua: untuk kalian yang belum dapat giliran, tahu dirilah.
Gabungan kedua pesan tersirat itu menjadi pesan internal penguat bagi kaumnya, namun dapat dibaca publik: kita jangan diam.
Tentu, itu semua masih asumsi. Semoga saya salah. Dan semoga mereka bergerak karena nurani, bukan karena dibayar. Kita tunggu polisi menangkapi mereka.
Para Preman yang habis merusak dan membubarkan diskusi Diaspora lalu salaman sama Polisi
Kalau sampai perusuh itu tidak diproses hukum berarti kita tau siapa yang melindungi para pelaku pic.twitter.com/cTkiMJ89LE
— Cak Khum (@CakKhum) September 28, 2024
Misalnya mereka beraksi karena panggilan jiwa, dan acara diskusi boleh diikuti siapa pun yang tak terundang, maka hadirlah di sana, duduk manis, lalu ketika dibuka kesempatan bertanya dan mendebat, manfaatkanlah. Lebih elok. Lebih berbudaya. Jadi bukan merusak pentas dan acara. Apakah bagi mereka berdebat lebih pelik daripada melakukan kekerasan?
Cara Pasukan Bawah Tanah Jokowi lebih baik: melaporkan Roy Suryo ke polisi. Jika kelak diproses, biarlah pengadilan menjadi ruang pembuktian tentang pemilik akun fufufafa.
Sekelompok massa membubarkan acara dialog Forum Tanah Air (FTA) yang dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional di kawasan Kemang, pada Sabtu (28/9) pagi. Kelompok massa ini juga merusak fasilitas di lokasi acara.#forumtanahair #kemang #diaspora pic.twitter.com/1OT7Ufxy25
— METRO TV (@Metro_TV) September 28, 2024
Kami memantau dalam bulan ini, beberapa aksi penyampaian pendapat di muka umum dan kegiatan warga mendapatkan intimidasi, teror hingga kekerasan.
Polanya sama, dilakukan oleh sekelompok orang dengan bantuan aparat keamanan.Mau sampai kapan polisi jadi tameng untuk melakukan…
— YayasanLBHIndonesia (@YLBHI) September 28, 2024
4 Comments
Bahaya!
Terasa kok, Lik. Yang selama ini diam krn fufufafa dan jet privat, mulai menggeliat.
Tujuannya memang itu, jangan diam, dengan pembelokan arah bahwa mereka yang ngécé tholé mbarep berarti menghina wapres — bukan Wapres yang di Bulungan
Ati-ati lho, Paman.
Inggih. Suwun 🙏