Menyedihkan, memprihatinkan, penyerangan oleh massa tak jelas terhadap aksi koalisi masyarakat sipil di Jakarta, kemarin (Jumat, 27/9/2024). Padahal Aksi teatrikal koalisi, yang memprotes Raja Jawa, tersebut dikawal polisi (¬ CNN Indonesia).
Massa entah dari mana itu, yang jumlahnya lebih banyak daripada demonstran, menyerang peserta aksi, merampas perlengkapan, disertai ancaman dan tendangan.
Tiba tiba datang masa tidak dikenal memprovokasi dan merampas alat peraga aksi teatrikal “Raja Jawa” di Menteng pic.twitter.com/bBhcAeVhmd
— OPOSAN yntkts (@LlRhie10323) September 27, 2024
Menyedihkan, karena jika ada kelompok lain yang tak setuju silakan melalui demo tandingan, kalau bisa beda hari agar tak bentrok, bukan melakukan kekerasan.
Memprihatinkan, jika di balik orang-orang tak jelas tersebut ada yang menyuruh, apalagi misalnya disertai bayaran. Itu sama saja mengadu orang, mengadu kelompok, yang tidak beranggotakan domba.
Bahkan misalnya isinya domba semua, juga tak elok untuk diadu, untuk saling serang, dan lebih buruk lagi jika yang satu dapat menyerang tetapi yang diserang hanya dapat mengalah karena ingin melakukan aksi damai.
Saya teringat awal reformasi. Mahasiswa demonstran yang menuju ke rumah bekas presiden, Soeharto, selalu dihadang rombongan tanpa identitas. Media melaporkan, mereka menyembunyikan pentungan hingga senjata tajam di sela-sela gerumbul tanaman di kawasan itu.
Terkabarkan mereka itu orang-orang bayaran. Maju tak gentar membela yang bayar, tanpa tahu pokok soal. Para pembayar ingin tangannya bersih. Buat apa mengotori diri kalau ada uang, dan selalu tersedia orang yang butuh uang untuk pekerjaan apa pun?
2 Comments
Jadi ingat, saya meliput — dan ikut menyaksikan — Wiji Thukul dipukuli aparat keamanan saat Thukul dkk (anti-Harto) bersama para buruh Sritex berunjukrasa di depan pabrik Sritex di Sukoharjo, 1995. Thukul luka cukup parah, bahkan mata kanannya nyaris buta….
😭😢 Kejam