Saat ini banyak galian untuk memperbaiki got, namun hujan keburu datang, rasanya terlalu dini. Menurut pelajaran di SD, kemarau berlangsung April-Oktober. Tetapi kini cuaca tak menentu.
Ketika hujan deras datang pada siang hari, pekerjaan para tukang pun terganggu. Artinya durasi perbaikan got akan lebih lama.
Ah, untunglah di sekitar saya tak ada pekerjaan gorong-gorong yang dalam, di bawah permukaan tanah. Saya ngeri membayangkan jika saat para tukang bekerja tiba-tiba datang banjir bandang.
Pekerjaan bawah tanah itu riskan. Entah sudah berapa kali kita tahu ada berita kecelakaan kerja di tambang, legal maupun ilegal, di dalam dan luar negeri.
Di India, pekerjaan membersihkan gorong-gorong itu sangat berisiko, berujung ajal. Misalnya karena gas dari sampah termasuk limbah manusia (¬ BBC Indonesia).
Saat ini kalau mendengar istilah pasukan bawah tanah, apalagi berupa penyebutan kelompok diri dari sejumlah orang, yang terbayang adalah pelaku pekerjaan berisiko, apalagi jika seperti di India.
Meskipun demikian saya mendengar kabar, di Indonesia ada pasukan bawah tanah, baru, yang tidak mengerjakan gorong-gorong namun berbeda dari gerakan bawah tanah pada masa revolusi kemerdekaan. (¬ lihat Detik). Gerakan pada masa revolusi itu malah rahasia, tidak butuh publisitas.
¬ Foto: “Cumil, Pekerja Selokan”, patung perunggu, di Bratislava, Slowakia, dalam lema Atlas Obscura
2 Comments
Kalau (pasukan) gorong-gorong silakan tanya Bapak Joko Widodo, beliau pakarnya pakar, ahlinya ahli tentang itu.
Oh gitu ya?
Saya sedang berpikir keras, mencari hubungan dia masuk ke manhole dan kemungkinan munculnya pasukan Antareja yang bergerak underground