Saya lupa kapan terakhir kali mengemut permen Chupa Chups. Mungkin lebih dari tiga puluh tahun silam. Kemarin saya beli sebiji. Karena terpaksa. Harus, karena jika tak menggenapi belanja minimum, transaksi daring tidak bisa diakhiri dengan memesan lalu melunasi.
Biasanya saya memesan dengan aplikasi Alfagift. Tetapi karena barang rutin seharga Rp21.000 itu habis, saya ke aplikasi toko lain, ternyata lebih murah, Rp17.500, ditambah ongkos kirim jadi Rp20.500. Tambah biaya layanan Rp2.000 jadi Rp22.500. Namun transaksi tak dapat saya selesaikan karena minimum belanja harus Rp20.000, padahal ongkir tak dihitung sebagai belanja.
Ternyata mencari barang tambahan agar pas Rp20.000 itu sulit. Sekotak tusuk gigi saja Rp8.000. Es krim termurah Rp3.900. Peniti isi 50 batang Rp5.000. Pensil 2B isi dua batang Rp5.700.
Terbukti pria tak pintar berbelanja. Padahal saat duit seret seperti sekarang saya harus menjadi pembelanja cerdas.
Tisu basah isi empat lembar Rp1.000. Padahal di rumah ada dua pak yang isinya jauh lebih banyak. Jarum pentul isi 20 batang Rp2.000. Tetapi saya sedang tidak membutuhkan.
Akhirnya saya memilih permen bergagang Chupa Chups, sebatang. Ini dorongan primitif: mengutamakan mulut dan lidah. Harganya Rp2.900. Jadi total belanja Rp20.400. Ongkir Rp3.000 dicoret, tetapi biaya layanan Rp2.000 — ya, banyak platform punya pos pungutan ini — tetap berlaku. Alhasil transaksi Rp22.400 pun terjadi. Saya tinggal menunggu kurir datang.
Belum pernah saya berbelanja daring seribet ini. Biasanya kalau ada iming-iming ongkir gratis atau lainnya di lokapasar dengan syarat belanja minimum, saya tinggal menambah jumlah barang atau memesan barang lain. Tanpa banyak pikir.
Tetapi kali ini tidak leluasa. Gopay saya mepet. Cuma Rp23.000. Padahal yang saya beli hanya satu galon Aqua, padahal lagi biasanya memesan dua galon bahkan lebih.
Lalu Chupa Chups itu bagaimana nasibnya? Sampai saya menulis ini dia masih utuh.
Lalu moral ceritanya apa? Aplikasi belanja harus punya menu yang mendahulukan harga jualan, bisa terendah bisa tertinggi, baru kemudian tersaji senarai barangnya, sesuai SKU, yang tentu sangat beragam.
Memang sih para pengembang aplikasi takkan sepakat karena hanya menambah pekerjaan mereka dan ukuran berkas, lagi pula yang lumrah dan masuk akal itu jenis barang dahulu baru kemudian harga.
2 Comments
Jadi, kapan Paman akan mengemut Si Chupa Chups?
Oh iya, saya tidak punya aplikasi bangsa untuk berbelanja seperti punya Paman. Aplikasi untuk membayar pun cuma m-banking BCA (Mandiri juga ada, tapi di ponsel kasir warung). Gopay dan Ovo ada tapi di aplikasi Gojek dan Grab, cuma untuk mbayar pesanan taksi dan makanan
Ngemut permennya besok, tanpa nazar kalo ada berita penting 😂
Aplikasi di ponsel ya karena terpaksa